Dinilai Lambat Respons Tragedi Mina, Ini Penjelasan KJRI Jeddah

Dharmakirty mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa Konjen yang ada di Jeddah.

oleh Wawan Isab Rubiyanto diperbarui 06 Okt 2015, 04:03 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2015, 04:03 WIB
20150924-Tragedi Mina-Reuters
Suasana pemukiman sementara umat muslim saat melaksanakan ibadah haji di Mina, Arab Saudi, Kamis (24/9/2015). Sekitar dua juta umat muslim dari berbagai negara berkumpul untuk melakukan prosesi lempar jumrah di Mina. (REUTERS/Ahmad Masood)

Liputan6.com, Jeddah - Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah, Dharmakirty Syailendra Putra angkat bicara terkait tudingan lambatnya respons perwakilan Republik Indonesia mengenai peristiwa berdesak-desakan jemaah di Jalan Arab 204, Mina, Arab Saudi. 

Dharmakirty mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa Konjen yang ada di Jeddah. Seperti India, Pakistan, Bangladesh dan beberapa Konjen lainnya yang juga mengalami hal yang sama.

"Mulai saat kejadian, pada Kamis, 24 September hingga Jumat, 25 September sore mereka juga tidak mendapatkan akses apa-apa," ujar Dharmakirty kepada Liputan6.com, Senin 5 Oktober 2015.
Pemerintah Arab Saudi saat itu sibuk menstrerilisasi lokasi kejadian dan fokus penanganan jemaah yang diperkirakan bisa diselamatkan.

"Akses tertutup, kami pun tidak bisa melakukan apa apa. Saya sempat berdiskusi via telepon dengan beberapa Konjen yang ada di sini. Saya menanyakan apa yang bisa dilakukan Konjen mereka selama 3 hari, jawab mereka nothing to do." ucap Dharmakirty.

Indonesia dilihat oleh Konjen dari beberapa negara di Jeddah lebih maju. Mereka bertanya bagaimana bisa Indonesia memperoleh informasi.

"Mereka mengatakan Indonesia lebih maju, apa yang dilakukan Indonesia kok bisa mendapatkan data seperti itu, tiba tiba muncul 54 jenazah korban Mina lalu muncul 31 orang lagi yang berhasil teridentifikasi," ujar dia.

Menurut Dharmakirty berkat bantuan langsung KJRI dengan menggunakan teman-teman yang memiliki akses langsung. "Akses personal lebih membuahkan hasil yang signifikan," ucap dia.

Di hari pertama, kedua dan ketiga pemerintah Arab Saudi belum mengambil sidik jari jenazah, karena mereka fokus pada penyelesaian korban yang bisa diselamatkan. Sitem filepun dihari selanjutanya sudah lebih baik.

Kemudian dari tim KJRI langsung masuk ke sistem data mereka, untuk masuk ke dalam memang agak sulit. "Karena ini sifatnya pendekatan dan jaringan yang kita bina baik selama ini," kata Dharmakirty.

Dharmakirty mengatakan, KJRI di Jeddah kirim nota ke pemerintah Arab Saudi, kemudian di nota tersebut ada nama-nama staf KJRI yang akan bertugas. "Kami meminta diberikan akses ke tempat-tempat stragegis yang bisa mendapatkan informasi, seperti rumah sakit dan tempat yang bisa mendukung pencarian data jemaah," ungkap dia.

Ditanya mengapa jemaah saat itu dialihkan ke jalan 204, Dharmakirty menjelaskan, pemerintah Arab Saudi masih dalam investigasi. Biarkan pemerintah Arab Saudi yang mempunyai kewenangan dalam hal ini untuk menginvestigasikan hal itu, dan jangan sampai kita membuat asumsi yang belum bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya," pungkas Dharmakirty. (Ron/Mar)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya