Penyebab Masuknya Asap Sumatera dan Kalimantan ke Banten

Menurut BMKG, asap di Jakarta dan Banten aman untuk penerbangan dan pelayaran.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 27 Okt 2015, 17:40 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2015, 17:40 WIB
Kabut Asap di Jakarta
Kabut Asap di Jakarta (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Serang- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Klas I Serang membenarkan wilayah Provinsi Banten diselimuti asap tipis akibat dari bencana asap di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

"Kalau dilihat dari trans-satelit, di wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa bagian barat terdapat garis putus-putus yang menandakan adanya asap tipis akibat dampak dari kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Serang Tri Tjahjo, Selasa (27/10/2015).

Masuknya asap dari Sumatera dan Kalimantan ke Provinsi Banten karena terbawa angin dan musim pancaroba. Menurut Tri, asap sudah mengepung wilayah Banten sejak tiga hari lalu.

"Kenapa bisa masuk ke wilayah Jawa? Itu masuk karena saat ini musim peralihan, sehingga hal yang sifatnya ekstrem sering terjadi, termasuk masuknya asap tipis," kata dia.


Tri menjelaskan asap dapat sampai ke Jawa bagian barat karena terbawa angin dari arah barat laut. Karena itu, asap dari Kalimantan dan Sumatera masuk ke laut Jawa.

Meski begitu, Tri memastikan asap tipis kiriman dari Sumatera dan Kalimantan itu tak mengganggu aktivitas penerbangan, pelayaran dan kehidupan sehari-hari masyarakat Banten.

"Kondisi ini tidak mengganggu aktivitas dan penerbangan," kata dia.

Kabut asap di Banten ini merupakan akibat dari terbakarnya hutan di Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung, seluas 5.000 hektare. Kebakaran tersebut terjadi pada rentang waktu Mei hingga Oktober 2015 di semua seksi kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Wilayah hutan TNWK itu meliputi Seksi I Way Kanan, Seksi II Way Bungur, dan Seksi III Way Penet. Sedangkan yang masih terbakar hingga kini berada di seksi III Way Penet yang merupakan lahan gambut. (Nil/Sun)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya