Liputan6.com, Makassar - Dennis Padola begitu lincah menaiki anak tangga di kawasan kuburan Batu Kete, Kecamatan Kesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Bocah yang masih duduk di bangku kelas 1 SMPN itu tengah melakoni perannya sebagai pemandu wisata.
Ia mengaku awalnya tak pernah berpikir menjalani kegiatan ini. Aktivitas itu muncul setelah ia kerap berkumpul bersama teman di tempat itu. Dia melakukannya dengan bermodalkan alat penerang seadanya.
Advertisement
"Kalau pulang sekolah nongkrongnya di sini, yah biasa ada orang yang ingin masuk gua untuk melihat-lihat kondisi kuburan batu yang merupakan tempat pekuburan seluruh masyarakat adat di Kecamatan Kete Kesu‎. Saya biasa antar dengan modal senter saja," kata dia kepada Liputan6.com, Makassar, Senin (9/11/2015).
Pantauan Liputan6.com, kuburan batu di Gunung Kete, Kesu, dipenuhi banyak tengkorak kepala dan tulang rangka manusia. Tulang belulang itu terletak di sejumlah titik.
Di antara sejumlah tengkorak itu, jari Dennis menunjuk ke sebuah peti terbuat dari kayu. Tempat itu dipenuhi tengkorak-tengkorak manusia di atas tangga menuju gunung batu tersebut.
Dennis yang paham tentang sejarah dalam makam itu langsung menjelaskan pemilik tengkorak tersebut.
"Ada peti kayu yang di bawah itu, namanya Erong usianya sekitar 700 tahun. Di mana merupakan peninggalan masyarakat sekitar yang kala itu belum memeluk agama Kristen melainkan masih berkeyakinan animisme," kata Dennis.
Tak hanya itu, Dennis juga mengungkapkan jasad yang berada dalam rumah batu di tangga dasar Gunung Kete Kesu. Itu adalah kuburan anggota DPRD pertama Kabupaten Tana Toraja. Dia juga penemu pertama kali kuburan batu di Gunung Kete Kesu.
"Yang ada patung nenek itu adalah sosok Ne' Reba yang merupakan anggota dewan pertama di Toraja sekaligus penemu kuburan batu ini. Mayatnya ada di dalam rumah batu tersebut bersama Indo Toding yang merupakan Tetuah Kecamatan Kete dan ia yang punya Kete. Itu patungnya yang tepat di samping patung Ne' Reba ‎dan mayatnya dimasukkan dalam rumah batu bersama," beber Dennis.
Dari kaki Gunung Kete Kesu hingga puncak Kuburan Batu, banyak dijumpai tengkorak manusia. Tulang belulang itu dibiarkan dan terkumpul di pinggiran anak tangga. Hal itu lantaran tengkorak tersebut tak memiliki peti.
"Yang tengkorak tak ada peti, ‎itu tidak tahu lagi siapa dia, usianya sudah sangat lama. Tapi yang di dalam peti itu ada namanya masing-masing," ujar dia.
Baca Juga
Untuk membersihkan dan memperbaiki makam, dia mengungkapkan tak boleh sembarangan dilakukan. Harus ada upacara adat yang digelar.
"Namanya Tongkon atau Ma'nene. Upacara dilakukan jika ada keluarga orang yang telah meninggal ingin mengganti pakaian mayat atau sekaligus membersihkan kuburan batu tempat pengebumian mayat keluarganya tersebut," ujar Dennis.
"Jika tidak digelar upacara Tongkon atau Ma'nene, tidak akan bisa bersihkan kuburannya atau tengkorak mayat keluarga," tukas Dennis. (Ali/Mut)*