Jokowi: Indonesia adalah Laboratorium Islam dan Demokrasi

Jokowi menegaskan, kerja sama internasional yang kuat utuk mengatasi ekstremisme.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 16 Nov 2015, 11:36 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2015, 11:36 WIB
20151116-Pembukaan-G20-Antalya-Summit-Turki-Jokowi--Recep-Tayyip-Erdogan-Setpres
Presiden Joko Widodo saat mengikuti pembukaan G20 Antalya Summit di Antalya Turki, Minggu,(15/11). Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G20.(Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengikuti Working Dinner Session KTT G-20 di Turki. Masalah yang dibahas antara lain mengenai terorisme dan krisis pengungsi.

Jokowi menyampaikan, ekstremisme dan terorisme terjadi di mana-mana. Masalah tersebut, menjadi tantangan yang perlu ditindaklanjuti dan disikapi bersama melalui tindakan konkret.

"Dampak negatif yang nyata dari konflik yang terus terjadi di berbagai kawasan dunia adalah meningkatnya migrasi ireguler. Isu migran ireguler ini telah menjadi tantangan yang cukup serius, khususnya bagi Turki dan negara-negara Eropa," ujar Jokowi melalui Tim Komunikasi Presiden, Senin, (16/11/2015).

Jokowi mengatakan, untuk menyelesaikan masalah ini, yang harus dicari yaitu akar permasalahannya. Antara lain, dengan memastikan pembangunan berimbang, menghentikan kekerasan dan penindasan, serta menghilangkan diskriminasi dan menegakkan demokrasi.

Dia menjelaskan, selama ini Indonesia menerapkan kombinasi pendekatan hard approach yang mengedepankan penegakkan hukum dan keamanan, serta soft approach dengan menggunakan pendekatan kebudayaan dan agama dalam upaya mengatasi ekstremisme di Indonesia.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar serta negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, Jokowi berpendapat, Indonesia adalah laboratorium yang menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, dan kemajemukan bisa berjalan beriringan.

"Harmonisasi ini terlihat di mana kemajemukan dan toleransi itu sendiri merupakan kenyataan sehari-hari di Indonesia," ucap dia.

Jokowi menegaskan, kerja sama internasional yang kuat utuk mengatasi ekstremisme dan terorisme merupakan satu keharusan. "Diperlukan pendekatan terpadu yang mengharuskan negara-negara bersatu dan mengesampingkan perbedaan politik untuk menghadapi ekstremisme dan terorisme," kata dia.

Jokowi menutup pernyataan pada sesi Working Dinner ini dengan komitmen kesiapan Pemerintah Indonesia untuk bekerjasama dengan masyarakat internasional dalam menghadapi ekstremisme dan terorisme serta guna menumbuhkan toleransi, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia. (Mvi/Mut)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya