Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membuka acara Konsultasi Publik dalam rangka Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Reklamasi Pantura Jakarta, di Balai Agung, Jakarta. Dalam sambutannya, Ahok meminta orang untuk mengatakan sesuai apa yang dilihatnya.
"Saya ingin diskusi ini, bapak dan ibu boleh sampaikan apa saja. Cuma satu hal, kalau sebut ini bukan hitam, tapi sebut ini oranye. Sebutkan alasan logisnya," kata Ahok, Sabtu (11/6/2016).
Baca Juga
"Jangan ngotot ini hitam, tapi bilang enggak tahu warna apa ini. Bagi saya itu brengsek. Bapak boleh doktor, tapi enggak jelaskan, itu brengsek," tambah dia.
Advertisement
Dalam kesempatan ini, Ahok menegaskan reklamasi merupakan cara terbaik untuk mengatasi masalah laut yang tercemar. Negara maju seperti Belanda dan Singapura telah menerapkan hal itu.
Ia juga menyampaikan adanya teori yang salah dan berkembang di masyarakat.
"Jangan berpikiran air laut naik karena diisi tanah loh. Tapi ini karena gaya tarik bulan. Kalau teorinya seperti itu, lebih baik kita keruk sedalam 100 meter Teluk Jakarta. Sambil bersihkan tanahnya, kita keruk lebih dalem, Jakarta bebas banjir enggak? Tetep banjir. Karena air laut naik bukan soal keruk," tegas mantan Bupati Belitung Timur itu.
Konsultasi publik itu dihadiri para ahli dariPemprov DKI Jakarta, Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pengusaha, praktisi, dan LSM.
Acara itu berlangsung pada pukul 13.30 WIB dan direncanakan selesai pada jam buka puasa. Ahok tidak mengikuti acara hingga selesai. "Ngapain dengar orang ngomong? Aku lebih tahu ilmunya, kok," ucap dia.
Di akhir sambutan, Ahok memberikan peringatan keras pada peserta konsultasi publik. Ia berharap ide-ide yang disampaikan menghasilkan solusi, bukan perdebatan.
"Kita rekam saja semua pembicaraan, upload di YouTube. Kita jadikan sejarah. Setelah 100 tahun nanti ditonton, ditulis nama siapa yang ngomong. Siapa tahu 100-200 tahun akan mempermalukan anak cucu yang ngomong sembarangan," pungkas Ahok.