Tito Jadi Calon Tunggal Kapolri karena Dekat dengan Luhut?

Tito mengaku telah berkomunikasi dengan senior-seniornya di Polri. Termasuk dengan Budi Waseso dan Syarifuddin.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 16 Jun 2016, 14:21 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2016, 14:21 WIB
20151013-Tito-Karnavian
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Tito Karnavian (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi memilih Komjen Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri. Tito pun mengaku siap mengemban amanah sebagai pemimpin institusi Polri. Termasuk mengikuti fit and proper test di Komisi III DPR.

Terkait penunjukannya ini, Tito mengaku telah berkomunikasi dengan senior-seniornya di Polri. Termasuk dengan Budi Waseso dan Syarifuddin. Bahkan, Tito mengaku sudah mendapat dukungan seniornya untuk jadi Kapolri.

"Saya harus tunjukkan leadership yang dapat diterima yaitu dengan komitmen memperbaiki polisi," ucap Tito sebelum rapat kerja dengan Komisi III DPR di Senayan Jakarta, Kamis (16/6/2016).

Mengenai namanya tidak ada di daftar Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti) Polri yang diberikan kepada Presiden, Tito tak memusingkannya.  

"Saya justru tidak tahu di Kompolnas isinya apa, di Wanjakti isinya apa. Selama di BNPT, saya banyak ke luar negeri membangun hubungan internasional karena masalah terorisme, kan banyak masalah internasional. Mungkin dalam satu minggu, saya dua hari (di Jakarta), makanya saya banyak membangun kerja sama dengan luar negeri," kata Tito.

Tito mengaku sebelum ditunjuk menjadi calon tunggal Kapolri, dia pernah menemui Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti dan Menkopolhukam Luhut Pandjaitan.

"Saya sampaikan (ke Kapolri dan Menkopolhukam) sebaiknya senior yang diberi tempat karena saya merasa junior dan tahu diri masih 6-7 tahun lagi pensiun. Tapi, ketika 3 atau 2 hari yang lalu saya diminta pendapat, pandangan saya sama mendorong senior," ujar Tito.

Meski lebih mendorong agar seniornya yang didahulukan menjadi Kapolri, Tito akhirnya menerima keputusan Presiden Jokowi memilihnya sebagai calon tunggal Kapolri.

"Saat diberi tahu sudah ada keputusan dan ini dari pimpinan, sebagai prajurit Polri-TNI tidak boleh membantah dan saya akan ikuti," ujar dia. Tito mengaku mendapat pesan dari Jokowi yang menginginkan adanya reformasi polisi.

Saat ditanya apakah penunjukannya ini karena dia dekat dengan Menkopolhukam, mantan Kapolda Metro Jaya dan Papua ini membantah.

"Saya baru kerja sama dengan Pak Luhut setelah jadi Kepala BNPT, karena kepala BNPT ketua hariannya adalah Menkopolhukam. Bukan hanya saya, Kepala BNN, Bakamla, Kemenkumham, ini yang di bawah koordinasi Kemenkopolhukam," papar Tito.

"Kebetulan saja beberapa perjalanan keluar negeri itu konteksnya sekuriti dan yang transnasional, sehingga saya diminta mendampingi (Menkopolhukam). Bukan saya saja, saya tidak pernah mendampingi beliau hanya berdua. Saya ke Moskow dengan BNN bersamasenior saya Pak Buwas. Ke Australia dengan Kapolri, sementara kepala BNN diwakilkan, kemudian juga dengan Dirjen Imigrasi," Tito menutup.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya