PBNU Minta Satgas Pangan Bergerak Jaga Stabilitas Harga Beras, Terutama Jelang Ramadan

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Achmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur mengapresiasi pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berhasil menurunkan harga beras di sejumlah daerah dalam beberapa hari terakhir.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 01 Mar 2024, 14:18 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2024, 11:00 WIB
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Achmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur mengapresiasi pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berhasil menurunkan harga beras di sejumlah daerah dalam beberapa hari terakhir.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Achmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur mengapresiasi pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berhasil menurunkan harga beras di sejumlah daerah dalam beberapa hari terakhir. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan Achmad Fahrur Rozi alias Gus Fahrur mengapresiasi pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berhasil menurunkan harga beras di sejumlah daerah dalam beberapa hari terakhir.

Gus Fahrur meminta agar Satuan Tugas atau Satgas Pangan Polri terus bergerak menjaga stabilitas harga beras di pasar, terutama menjelang Ramadan dan Idul Fitri.

"Ini tugas penting dan mulia yang wajib dilaksanakan untuk menjaga stabilitas pangan, menjamin kesejahteraan masyarakat," ujar Gus Fahrur melalui keterangan tertulis, Jumat (1/3/2024).

Gus Fahrur juga mendorong Satgas Pangan Polri menindak para pelaku penimbun beras.

"Kita dukung penuh , jangan ada yang menimbun beras memanfaatkan situasi ini, jangan menari di atas penderitaan masyarakat. Tindak tegas pelakunya," ucap dia.

Menurut Gus Fahrur, kebutuhan makanan pokok adalah salah satu kunci stabilitas ketahanan negara. Oleh karena itu, menurutnya, perlu diperhitungkan secara cermat pengadaan hulu sampai hilir.

Gus Fahrur berharap pemerintah mengembalikan lagi swasembada pangan, terutama beras. Ia mengatakan pemerintah harus mengerahkan semua daya upaya untuk memakmurkan dunia pertanian.

"Semoga di bulan Ramadan problem ini sudah bisa diatasi pemerintah," tandas Gus Fahrur.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi membantah harga beras di pasar dan ritel masih melonjak. Berdasarkan laporan yang diterimanya, Jokowi mengklaim harga beras di sejumlah pasar saat ini sudah turun.

"Cek di pasar Johar naik atau tidak, turun atau tidak, cek, sudah turun. Karena harian itu saya cek. Dan saya itu selalu mendapatkan angka-angka," kata Jokowi di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu 28 Februari 2024.

 


Jokowi Bantah Harga Beras Masih Mahal: Coba Cek di Pasar, Sudah Turun

Bulog
Jokowi Pastikan Beras SPHP Bulog Banjiri Pasar Induk Beras Cipinang, Kamis (15/2) di Jakarta/Istimewa.

Presiden Jokowi pun pun mempersilahkan awak media untuk mengecek langsung harga beras di pasar dan ritel. Misalnya, Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur dan Pasar Johar.

"Coba dicek, jangan menginformasikan seperti itu ya. Coba dicek di Pasar Induk Cipinang, cek ke Pasar Johar, ini pasar-pasar beras harus dicek, coba dicek, coba kalian datang ke Pasar Cipinang cek harga turun apa naik," kata Jokowi.

Kemudian, Jokowi mengungkapkan sulitnya mencari pasokan beras dari negara-negara lain. Padahal, kata dia, dulunya banyak negara yang menawarkan pasokan beras kepada Indonesia.

"Sekarang ini kita mencari beras ke negara-negara produsen, itu juga tidak gampang dan tidak mudah," ucap dia.

 


Jokowi Ungkap Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengecek stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengecek stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (15/2/2024). (Foto: Liputan6.com/Lizsa Egeham).

Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomi dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai. Salah satunya konflik Ukraina hingga Gaza menyebabkan inflasi pangan.

"Lanskap ekonomi, lanskap politik dunia juga sulit dikalkulasi, sulit dihitung. Kita tahu konflik Ukraina belum selesai, datang konflik Gaza, ada tambahan Yaman, sehingga menyebabkan inflasi pangan melanda dunia," ujarnya.

Jokowi menuturkan, ketegangan ini membuat sejumlah negara produsen beras berhenti melakukan ekspor. Terlebih, saat ini juga ada perubahan iklim dan cuaca yang dapat menyebabkan gangguan rantai pasok pangan.

"Semuanya sekarang ini ngerem untuk tidak ekspor bahan pangannya, baik gandum maupun beras, akibat perubahan iklim, akibat perubahan cuaca dan gangguan rantai pasok," jelas Jokowi.

Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi
Infografis Harga Beras Naik hingga Beli Beras Dibatasi (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya