Ragam Cerita Konsumen soal Obat Kedaluwarsa di Pasar Pramuka

Lembaga yang berwenang mengawasi obat di Indonesia (BPOM) dapat melakukan pengawasan rutin.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 09 Sep 2016, 22:16 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2016, 22:16 WIB
20160907 Petugas Gabungan Sita Obat Kadaluwarsa di Pasar Pramuka
Petugas BPOM bersama Polda Metro Jaya melakukan sidak di sejumlah apotek Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (7/9). Saat razia petugas meminta ditunjukkan surat izin beroperasi dan daftar obat-obat yang dijual. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah konsumen obat di apotek Pasar Pramuka menanggapi beragam terkait temuan obat kedaluwarsa di pasar pusat penjualan obat tersebut. Ada yang khawatir, namun sebagian lain mengaku masih percaya.

Ida (44), salah satu pelanggan di Apotek Fazilla Farma di Pasar Pramuka mengatakan, dirinya masih tidak terganggu berbelanja obat di Pasar Pramuka.

"Saya tidak terganggu dengan masalah kemarin. Kita percaya saja mereka jual ke sana benar," tutur Ida di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (9/9/2016).

Ia mengaku telah menjadi pelanggan di apotek tersebut sekitar lima tahun. Dirinya rutin setiap bulan membeli banyak obat untuk mengisi apoteknya di sebuah klinik di Provinsi Papua.

"Di sini saya pesan satu sampai dua dus obat. Terus dipaket dengan pesawat ke Papua Barat," jelas Ida.

Selama bertahun-tahun, Ida mengaku tidak ada masalah dari obat yang dibelinya. Dia menyatakan, tidak semua apotek di pasar tersebut bermasalah.

"Hanya oknum saja. Saya sudah belanja di sini dari masa ke masa. Enggak cuma waktu punya apotek, tapi waktu anak saya sekolah dokter. Untuk beli alat-alatnya di sini," beber Ida.

Sementara pandangan berbeda disampaikan Nila (28). Warga Jatinegara ini mengaku khawatir dengan kasus temuan obat kedaluwarsa di Pasar Pramuka. Dia yang sudah menjadi pelanggan selama sekitar 3 sampai 4 tahun itu, rutin membeli obat asma untuk sang ibu di pasar tersebut.

"Takut dan khawatir sih pasti ada. Makanya pas beli ke toko nanya dulu, 'ini gimana sih Pasar Pramuka kok ada obat kedaluwarsa?' Ya kita nanya dulu," kata dia.

Setiap tiga bulan sekali, dia mesti membeli obat asma dengan nama Ventolin untuk ibunya.

Nila pun berharap, lembaga yang berwenang mengawasi obat di Indonesia dapat melakukan pengawasan rutin.

"Regulasi obat itu lebih ketat. Sama limbah-limbah obat lebih ketat. Apotek rakyat kayak gini jangan ditutup. Karena harga obatnya terjangkau," tutup Nila.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya