Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla genap ‎memimpin Indonesia selama dua tahun pada 20 Oktober 2016 kemarin. Selama itu pula banyak perubahan yang dilakukan duet Jokowi-JK dalam Kabinet Kerja.
Salah satu perubahan yang dirasakan wartawan senior Budiarto Shambazy adalah soal kebebasan berpendapat dan berekspresi. Terutama dalam melakukan kritik terhadap pemerintah. Dia menyebut, reformasi yang sesungguhnya terjadi dalam kurun dua tahun pemerintahan Jokowi-JK ini. Bukan selama 1998 sampai 2014.
Baca Juga
‎"Saya sebagai wartawan 35 tahun, tidak pernah sebegitu bebasnya saya mengkritik, menulis apapun tentang pemerintah. Ini menurut saya sebuah euforia kebebasan. Ternyata reformasi itu di dua tahun Jokowi ini," ujar Budiarto dalam diskusi ‎"Evaluasi Kinerja 2 Tahun Jokowi-JK dan 100 Hari Tito Karnavian‎" di Kantor Para Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (21/10/2016).
Advertisement
Budiarto mengatakan, kebebasan ini yang tidak didapat di era presiden sebelumnya. Baik di zaman Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, maupun dua periode Susilo Bambang Yudhoyono.
"Gus Dur, Megawati tidak ada. Di 10 tahun SBY juga tidak ada kebebasan kita membicarakan kritik kepada pemerintah," ucap dia.
Dia menilai, kebebasan ini menjadi salah satu capaian dalam pemerintahan Jokowi-JK. Hal yang mana dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang jauh sebelumnya tidak terkukung dalam pemerintahan otoriter. Utamanya, ketika di masa rezim Orde Baru‎, semua harus tunduk dan tidak ada yang bisa mengkritik pemerintah.
"Kita memang sudah lama tidak punya kesempatan, tidak punya semangat selama 32 tahun dan entah berapa tahun reformasi ini sejak 1998. Tidak ada kesempatan untuk menilai kepimpinan nasional dengan lantang seperti sekarang ini," ucap Budiarto.