Liputan6.com, Jakarta Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta Utara, Capt Weku F Karuntu mengaku kecolongan terkait peristiwa penganiayaan yang menewaskan taruna tingkat 1, Amirullah Aditya Putra atau Amir dini hari tadi.
Menurut dia, tewasnya Amir juga menjadi cambuk untuk perbaikan sistem pengawasan yang lebih baik lagi.
Baca Juga
"Ini kejadian yang luar biasa yang memang kita sudah semaksimal mungkin, agar tidak terjadi lagi hal yang seperti ini. Sampai sekarang kita sudah mengeliminir tindak kekerasan, tapi tadi malam terjadi lagi. Kita sudah berupaya semaksimal," kata Capt Weku F Karuntu di rumah duka di Jalan Warakas 3 Gang 16 nomor 14 RT 7 RW 14, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (11/1/2016).
Advertisement
Ia melanjutkan, pihaknya selama ini juga sudah menggandeng kepolisian dan TNI untuk melakukan pengawasan. Bahkan kamar atau mess untuk junior dan senior sudah dipisah.
"Keamanan internal untuk taruna kita sudah pisahkan. Blok junior terpisah dari senior. Kita bekerja sama dengan aparat angkatan laut dan Polri yang back up kami dari internal," tambah Capt Weku.
Bahkan, kata dia setiap hari ada 23 petugas jaga yang melakukan pengawasan. Belum lagi CCTV yang terpasang hampir di seluruh area sekolah.
"Yang melakukan jaga itu hampir 23 orang ditambah dengan CCTV. Namun dari semua ini kita akan mengevaluasi dan akan mengeliminir seminimal mungkin. Sudah dibentuk juga tim investigasi," tandas Weku.