Kemenristek Dikti Siap Produksi Kapal Pelat Datar Tahun Ini

Prototipe Kapal Pelat Datar ini rencananya akan dioperasikan di wilayah Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 15 Jan 2017, 18:36 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2017, 18:36 WIB
Kapal Pelat Datar
Menteri Riset, Tekhnologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir saat mengunjungi parbrik Kapal Pelat Datar di Cikarang, Bekasi, Minggu (15/1/2017).d

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset, Tekhnologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohammad Nasir mengunjungi Gunung Steel Group (GSG) di Jalan Perjuangan, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Tempat tersebut merupakan pabrik pembuatan Kapal Pelat Datar.

Kedatangan Nasir dalam rangka meninjau kesiapan pabrik untuk memproduksi Kapal Pelat Datar, yang merupakan hasil inovasi PT Juragan Kapal. Kapal ini telah diuji coba pada 20 Agustus 2016 di Kepulauan Seribu.

"Dengan terlaksananya uji coba ini, maka dilanjutkan dengan proses pabrikasi sebagai upaya komersialisasi produk," kata Nasir di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (15/1/2017).

Nasir menjelaskan, pabrikasi kapal ini merupakan hasil kerja sama antara PT Juragan Kapal Indonesia dengan GSG. PT Juragan Kapal merupakan binaan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DIIB) Universitas Indonesia dan Kemenristekdikti sejak 2013.

Sedangkan, GSG merupakan produsen baja nasional dengan kapasitas produksi 2,5 juta ton per tahun. Oleh karena itu, Kemenristekdikti berharap Kapal Pelat Datar dapat diproduksi banyak pada 2017.

"Diharapkan, kapal dapat diproduksi massal pada tahun ini. Kapal Pelat Datar ini mempunyai spesifikasi 10 Gross Tonnage (GT) dengan ukuran panjang 13.5 meter, dan menggunakan baja sebagai material utama," dia memaparkan.

Menurut Nasir, kapal baja dengan teknologi Kapal Pelat Datar pertama diproduksi di Indonesia dan dapat menjadi solusi alternatif kapal kayu dan kapal fiberglass.

Keunggulan kapal ini, kata Nasir, memiliki konstruksi sederhana sehingga bisa diproduksi lebih cepat dan tentunya efisien.

"Kalau dari kayu, ukuran 10 GT ongkosnya di atas Rp 400 juta. Kalau dari fiber semua bahan bakunya impor, kena PPN (pajak pertambahan nilai), bila harganya naik, harga kapal juga naik," dia menegaskan.

Produksi massal Kapal Pelat Datar ini, kata Nasir, akan mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Karena itu, Kemenristekdikti mendukung pembuatan kapal ini agar dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat dan menjadi program kapal pemerintah.

Cepat dan Bermutu

Direktur GSG Ken Pangestu mengatakan pihaknya mendukung produksi massal Kapal Pelat Datar. Sebab, kapasitas baja nasional mencukupi dan bermutu tinggi.

"Sayangnya selalu dinformasikan baja nasional kita tidak cukup," ujar Ken.

Sementara, Chief Executive Officer PT Juragan Kapal Adi Lingson mengatakan, produksi kapal ini sangat cepat. Sebab, inovasi baja pelat datar membuat kapal ini tidak memiliki lengkungan.

"Kapal ini bisa dibuat dimana saja asal ada tukang lasnya. Tinggal merakit potongan-potongan bajanya," kata Adi.

Prototipe Kapal Pelat Datar ini rencananya akan dioperasikan di wilayah Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Kapal ini diyakini mampu dan cocok melayani pelayaran di wilayah berkarakteristik seperti di Bintuni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya