Liputan6.com, Jakarta - Penghapusan kekerasan terhadap anak dianggap sebagai bagian perjuangan kemanusiaan. Sebab, masa depan bangsa dan kesinambungan hidup berada di genggaman anak-anak.
"Demikian pentingnya tugas mempersiapkan masa depan generasi muda kita. Tugas ini bukanlah menjadi tanggung jawab orang tua semata," kata presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dalam seminar "Kerja sama Wilayah ASEAN dengan Tema: Hentikan Kekerasan Seksual terhadap Anak-Anak" di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (14/3/2017).
Baca Juga
Seminar diselenggarakan di Putra Wolrd Trade Centre atas prakarsa istri Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak, Datin Paduka Seri Rosmah Mansor. Megawati hadir sebagai pembicara kunci didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani.
Advertisement
Menurut Ketua Umum PDIP ini, dalam upaya menghapus kekerasan seksual terhadap anak-anak dan perempuan, negara harus hadir dengan kebijakan nyata. Kebijakan itu bukan untuk menyeragamkan pola pendidikan keluarga.
"Pendidikan keluarga adalah peletak dasar pendidikan budi pekerti," kata Megawati dalam keterangan tertulisnya.
Dia mengungkapkan, Indonesia sebagai negara merdeka telah memberikan kehidupan seimbang kepada rakyatnya, terlebih konstitusi melindunginya.
Amanat konsitusi itu senafas dengan Konvensi Hak Anak PBB, yang merupakan instrumen internasional dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Apalagi Indonesia telah mertifikasinya pada pada tahun 1990.
"Perintah konsitusi ini yang saya jadikan dasar ketika dipercaya menjadi wakil presiden dan kemudian presiden kelima Republik Indonesia, untuk meletakkan kaum perempuan dan anak-anak dalam konstruksi bangunan peradaban masa depan Republik Indonesia yang adil dan makmur," ujarnya.
Untuk itu, alasan Megawati berjuang melahirkan kebijakan politik guna memastikan hadirnya perlindungan dan kepastian hukum bagi perempuan dan anak, termasuk menghadapi persoalan kekerasan.