Jokowi: Isu di Medsos Jangan Dimakan Mentah-Mentah

Ia menceritakan pengalamannya terkait dengan media sosial, di mana dirinya diisukan sebagai antek asing.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2017, 08:17 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2017, 08:17 WIB
Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo mendarat di Tarakan, Kalimantan Utara (Foto: Dok KSP)

Liputan6.com, Sumenep - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan masyarakat agar tidak "memakan" isu-isu yang tersebar melalui media sosial, tetapi harus disaring mana yang benar dan mana yang bohong.

"Saya ingatkan kepada kita semua, kalau ada isu-isu jangan langsung dimakan mentah-mentah," kata Jokowi ketika bersilaturahim dengan ulama, tokoh masyarakat, dan santri di Pondok Pesantren Al Karimiyah Kabupaten Sumenep, Minggu, 8 Oktober 2017 malam.

Jokowi menyebutkan, media sosial sekarang ini sudah menjadi gudangnya isu fitnah, kabar bohong. "Jangan membaca langsung emosi atau marah, padahal itu kabar tidak jelas siapa yang membuat karena akun palsu sekarang banyak sekali, hati-hati kita mencernanya," kata Jokowi.

Ia menceritakan pengalamannya terkait dengan media sosial, di mana dirinya diisukan sebagai antek asing.

"Saya jawab mereda, kemudian muncul lagi isu saya antek asing. Saya jawab kemudian muncul lagi isu Presiden Jokowi diktator, wajah kayak gini diktator, ada enggak wajah diktator di saya ini," kata dia.

Ia menyebutkan terakhir dirinya diisukan Presiden Jokowi itu PKI. "Masyaallah, coba lihat di medsos, saya itu dijejerkan dengan DN Aidit waktu pidato 1955. Saya lahir saja belum, lahir saya 1961, pidatonya 1955, enggak masuk akal," kata dia dilansir Antara.

Ia menyebutkan PKI dibubarkan pada 1965, saat itu dirinya masih balita berumur 3-4 tahun, sehingga isu di medsos itu tidak masuk logika.

"Tapi ada juga yang percaya, logikanya kan enggak masuk akal, kemudian ganti lagi isu ke orangtua saya," kata Jokowi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Berbahaya Bila Masuk Ranah Politik

Jokowi menyebutkan isu-isu bohong dan fitnah itu berbahaya, apalagi kalau sudah masuk kontestasi politik.

"Ampun percoyo sing kados ngaten (jangan percaya hal yang seperti itu), dicek betul disaring betul," katanya.

Namun menurut Jokowi, banyaknya informasi, termasuk yang tidak baik, dapat menjadikan masyarakat makin dewasa dalam menyikapi informasi yang berkembang.

"Ini menjadikan kita biasa menghadapi seperti itu dan yang penting semakin menjadikan masyarakat kita makin dewasa dan cerdas bahwa itu hanya bohongan, apus-apusan saja sehingga masyarakat harus menyaringnya," kata Jokowi.

Lanjutkan Membaca ↓

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya