Djarot Minta Transjakarta Perbolehkan Sepeda Masuk ke Bus

Pemprov DKI kembali mendapatkan bus tingkat gratis alias bus City Tour dari perusahaan swasta.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 12 Okt 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2017, 07:30 WIB
Pemprov DKI Terima Bus Wisata CSR dari Nestle
Penumpang turun dari bus tingkat wisata di depan Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/10). Pemprov DKI kembali menerima hibah satu unit bus tingkat pariwisata Transjakarta merek MAN dari PT Nestle Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Pemprov DKI kembali mendapatkan bus tingkat gratis alias bus City Tour dari perusahaan swasta. Kali ini, PT Nestle memberikan satu unit bus City Tour double decker kepada DKI.

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat pun memiliki satu permintaan pada PT Transjakarta, yakni agar ke depan Transjakarta dapat menjangkau warga dari penyangga Ibu Kota yang bekerja di Jakarta.

"Saya sampaikan pada PT Transjakarta hendaknya memaksimalkan bus wisata ini untuk melayani masyarakat yang berada di Depok, Bekasi, Tangerang, di mana banyak di antara mereka yang bekerja di Jakarta tapi dia ingin naik sepeda," ujar Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Djarot mengusulkan agar nantinya bus tingkat pariwisata didesain agar sepeda bisa dimasukkan. Djarot meminta PT Transjakarta bekerja sama dengan komunitas sepeda.

"Bekerja sama dengan komunitas Bike to Work untuk diangkut sepedanya di satu titik sehingga masyarakat ke kantornya menggunakan sepeda," ucap Djarot.

Diketahui, dengan bertambahnya satu sumbangan bus tingkat, kini DKI memiliki 25 bus tingkat pariwisata gratis yang siap mengajak warga keliling tempat wisata Ibu Kota.

 

Toilet Pintar di Halte Transjakarta

Djarot meresmikan smart toilet di dua halte Transjakarta, yaitu halte Monas dan Balai Kota.

Toilet umum itu disertai teknologi, tangki air, dan septic tank yang mampu mengolah air limbah dari toilet. Selain itu, ada sensor otomatis untuk lampu dan exhaust fan untuk menghemat listrik.

"Toilet ini bukan hanya smart, tetapi juga limbahnya juga diolah," ujar Djarot di Halte Transjakarta Monas, Senin, 9 Oktober 2017.

Dia menjelaskan, menggunakan toilet tersebut tidaklah gratis. Sebab, smart toilet menggunakan sistem tapping untuk melakukan pembayaran.

Djarot menuturkan, sebaiknya toilet tersebut tidak digratiskan karena hal tersebut dinilai tidak akan mendidik masyarakat.

"Kalau semua digratiskan enggak baik. Setidaknya, paling mahal Rp 2 ribu perak. Bukan dari sisi uang, tetapi kewajiban supaya dia merawat," ujar Djarot.

Sebagai uji coba, toilet tersebut gratis hingga tiga bulan ke depan.

Djarot berharap, nantinya, toilet tersebut tidak hanya tersedia di halte Monas dan Balai Kota, tetapi juga di halte-halte ramai seperti yang ada koridor 13 dan tempat-tempat yang banyak orang, seperti pasar dan taman kota.

"Karena salah satu ukuran (piala) Adipura itu adalah keberadaan toilet yang bagus. Milik kami ini bukan hanya bagus, tapi juga pintar," ujar Djarot.

Saksikan video di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya