NU - Muhammadiyah: Di Tahun Politik Harusnya Bergandengan Tangan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menambahkan, dinamika politik yang dilalui Indonesia hampir dua dasawarsa ini mestinya membuat warga negara semakin dewasa.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 23 Mar 2018, 19:54 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2018, 19:54 WIB
Pertemuan PBNU dan Muhammadiyah-Said Aqil Siradj-Haedar Nashir
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah H. Haedar Nashir (kedua kiri) saat silaturahim keluarga besar NU dan Muhammadiyah di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/3). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Petinggi Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah bersilaturahmi di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Kedua Ormas Islam terbesar di Indonesia ini bersatu demi menciptakan tahun politik yang nyaman dan merapatkan barisan guna melawan maraknya berita bohong alias hoax.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menyampaikan, Indonesia merupakan bangsa dengan beragam suku, budaya, dan agama. Meski banyak perbedaan, keberadaban sangat dijunjung tinggi di Bumi Pertiwi, tidak seperti bangsa lain.

"Di tahun politik ini, sudah seharusnya bergandeng tangan. Jangankan bersama-sama, sendiri pun masih kesulitan menciptakan suasana nyaman. NU - Muhammadiyah punya komitmen ingin membangun ketenangan, kenyamanan," tutur Said Aqil di lokasi, Jumat (23/3/2018).

Menghadapi tahun Pilkada 2018 dan Pilpres 2019, masyarakat serta elite politik haruslah menunjukkan bahwa Indonesia bangsa yang beradab, bukan bangsa jahiliah yang biadab. Jangan rela menggunakan isu yang dapat memecah belah bangsa hanya demi kepentingan golongan.

"Kita umat berperadaban sesuai Islam itu sendiri, agama peradaban. Mari tenang, santai, pesta demokrasi ini kita laksanakan dengan gembira. Jangan ada ketegangan," jelas dia.

"Semakin bersatu lagi menghadapi tantangan era masa kini yang penuh dengan tantangan era IT, yang kadang-kadang orang bisa diadu domba. Terpengaruh hoax, fitnah," lanjut Ketua Umum PBNU ini.

 

Jangan Terlalu Cengeng

Pertemuan PBNU dan Muhammadiyah-Said Aqil Siradj-Haedar Nashir
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah H. Haedar Nashir saat silaturahim keluarga besar NU dan Muhammadiyah di kantor PBNU, Jakarta, Jumat (23/3). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menambahkan, dinamika politik yang dilalui Indonesia hampir dua dasawarsa ini mestinya membuat warga negara semakin dewasa dalam berbangsa.

"Kita ini ingin, okelah dinamika politik ada konflik antartokoh elite, itu biasa. Jangan terlalu cengeng. Yang penting ada dialog, tidak main kotor, kemudian soal terbuka pada pikiran yang hadir dan dihadirkan, jadi silakan kritik dan muncul kritik, baru. Biarkan bangsa ini dewasa," beber Haedar.

Tugas NU dan Muhammadiyah adalah membingkai para elite politik agar memberi contoh teladan bagi masyarakat. Jangan sampai tahun politik sekedar demokrasi tanpa ada nilai moral dan kemajuan kesejahteraan sosial.

"Kepentingan bersama diletakkan di atas kepentingan pribadi dan golongan. Jangan terlalu cengeng," Haedar menandaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya