Noriyu: Kecenderungan Mati Muda dengan Bunuh Diri Mulai Terlihat di Indonesia

Penyebabnya pun sepele, dari nilai yang sekolah yang jeblok hingga kasus berat lainnya.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 10 Okt 2018, 19:21 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2018, 19:21 WIB
Bunuh Diri
Ilustrasi Foto Bunuh Diri (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Pakar Badan Kesehatan Jiwa (Bakeswa) Indonesia Nova Riyanti Yusuf atau Noriyu menyebut, kecenderungan untuk mati muda dengan bunuh diri mulai terlihat di Indonesia. Penyebabnya pun sepele, dari nilai yang sekolah yang jeblok hingga stres karena diputus cinta.

Noriyu pun membeber sejumlah contoh yang sudah terjadi. Di 2017, seorang siswa SD berusia 10 tahun di Manado bunuh diri karena tidak bisa meraih nilai tertinggi.

"Belum lama ini seorang siswa SMP nekat bunuh diri terjun dari apartemennya di Jakarta Selatan, karena takut menghadapi ujian bahasa Mandarin," ujar Noriyu di acara  dialog Mengenali Kesehatan Jiwa Pada Remaja dan Penanganannya di  Universitas Paramadina Jakarta, Rabu (10/10/2018).

Alumni Harvard Medical School ini menyatakan, bunuh diri sebagai jalan terbaik untuk mengakhiri hidup tidak membahagiakan. Dan kini, hal tersebut mulai umum dilakukan remaja.

Anggota DPR ini menyebutkan problema emosional justru paling banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki. Perempuan mengalami problema emosional empat kali lipat dibandingkan laki-laki.

Sedangkan sekolah umum kecenderungannya memiliki risiko problema emosional tiga kali lipat daripada sekolah kejuruan.

"Sakit jiwa yang sudah akut ini umumnya akan diselesaikan dengan tindakan bunuh diri," ungkapnya.

Data WHO memperkirakan angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia cukup variatif dari 840 di 2013, angkanya naik menjadi 5.000 di 2010 dan meningkat jadi 10.000 kasus di 2012.

"Jumlah tersebut yang terdata, sedangkan yang tidak terdata diduga seperti efek gunung es," ujar Noriyu.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ekonomi Rendah dan Menengah

Dari data WHO juga, sambung dia, sebanyak 75% kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-negara yang berpendapatan ekonomi rendah dan menengah. Namun di negara maju seperti Amerika Serikat pun kasus bunuh diri marak dijumpai.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyebut setiap tahunnya 10.000 orang Amerika Serikat meninggal akibat bunuh diri.

Bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar ketiga bagi anak-anak muda yang berusia antara 10 hingga 24 tahun di sana. Kurang lebih ada sekitar 4.600 anak muda yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya.

"Selain bunuh diri, remaja juga memilih narkoba sebagai pelarian dari segala bentuk tekanan," pungkasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya