Pelaku Wisata Asal Amerika Serikat Terpikat dengan Festival Patrol Banyuwangi

Festival Patrol Banyuwangi yang memikat rombongan wisata AS.

oleh Cahyu diperbarui 13 Mei 2019, 14:28 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2019, 14:28 WIB
Pemkab Banyuwangi
Festival Patrol Banyuwangi yang memikat rombongan wisata AS. (©2019 Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta Hari ke-dua Festival Musik Patrol berlangsung meriah di Gedung Seni dan Budaya Banyuwangi pada Sabtu (11/5/2019). Musik Patrol adalah musik tradisional yang menggunakan bambu sebagai medianya. Musik ini banyak dimainkan warga saat Ramadan untuk membangunkan orang untuk sahur.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengatakan bahwa patrol adalah bagian tradisi Ramadan warga Banyuwangi sejak dulu. Menurutnya, festival ini sebagai upaya melestarikan tradisi permainan alat musik bambu patrol.

"Ini adalah bagian tradisi yang tidak boleh lekang. Kami ingin agar musik patrol ini bisa terus dimainkan anak-anak kita dan generasi penerus. Untuk itu, festival ini setiap tahun digelar agar musik patrol ini tetap hidup di antara warga," ujar Anas.

Festival musik tradisional tersebut tak hanya menarik perhatian warga Banyuwangi, tetapi juga pelaku wisata asal Amerika Serikat. Mereka adalah rombongan pelaku wisata dari sejumlah negara bagian di Amerika Serikat, seperti Ohio, Michigan, Kansas, Minnesota, Indiana, Wisconsin, Iowa, Missouri, dan Illinois. Mereka tengah menjajaki kerjasama pariwisata dengan pelaku wisata Banyuwangi yang difasilitasi oleh Kementerian Luar Negeri RI.

Para pelaku wisata tersebut tampak tertarik dengan tradisi musik lokal warga Banyuwangi. Bahkan, saat didaulat untuk maju ke depan bersama Anas, mereka tanpa ragu ikut menirukan gaya pemain patrol.

Salah satunya adalah koordinator biro perjalanan wisata Amerika Serikat wilayah Midwest, Jesse Guera. Dengan antusiasme tinggi, ia ikut memainkan alat musik bambu dan kentongan sambil berteriak "sahur, sahur".

Jesse mengikuti rombongan belasan grup musik patrol yang tampil aktraktif pada malam. Diiringi alat musik bambu, seperti seruling, therotok, gong, tempal, kentongan pethit, grup-grup musik ini membawakan berbagai lagu dengan syair Islami dalam bahasa daerah setempat. Ada yang berbahasa Using--suku asli masyarakat setempat, Jawa, dan ada Madura. 

"Atraktif sekali. Kostum-kostumnya sangat lokal dan ini menarik," ujar Ivonka Knight, salah satu rombongan pelaku wisata.

Dirinya mengaku sangat beruntung bisa datang ke Banyuwangi dan melihat langsung pertunjukan musik tradisional tersebut.

"Saya senang melihat pertunjukan ini. Para pemainnya adalah orang-orang yang kreatif. Mereka bisa mengkolaborasikan musik tradisionalnya dengan tarian yang menarik. Saya menghargai upaya daerah ini yang melestarikan tradisinya," ucap Ivonka.

 

 

(*)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya