Liputan6.com, Jakarta - Mahasiswa kembali turun ke jalan. Mereka berdemonstrasi menolak Undang-Undang KPK hasil revisi yang mulai berlaku hari ini, Kamis (17/10/2019).
Sejumlah mahasiswa mulai memenuhi kawasan sekitar Istana Kepresidenan, Jalan Merdeka Barat, sekitar pukul 14.00 WIB. Mereka berkumpul di Patung Kuda dengan mengenakan almamater hijau dan membentangkan spanduk dan poster. Salah satunya bertuliskan #RawamangunBergerak.
Hampir seluruhnya melengkapi dengan masker, buff atau penutup wajah. Para mahasiswa membentuk barisan melingkar setibanya di Patung kuda.
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menutup jalan di sekitar Istana, Jakarta Pusat. Penutupan dilakukan adanya demo dari mahasiswa se-Jabodetabek dan Banten.
Penutupan juga dilakukan di kawasan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat untuk antisipasi demo. Dengan adanya penutupan ini, para pengguna jalan diharapkan mencari jalan alternatif lain guna menghindari kemacetan di sekitar Istana dan DPR.
Mahasiswa yang berdemonstrasi membawa poster-poster bertulisan nyinyir. Antara lan, "Pak Buat Perpunya sambil Mabar aja". Ada juga ya "Orang Jahat adalah Orang Baik Yang Tidak Mengeluarkan Perpu KPK". Kemudian, " KPK Almarhum, DPR Tersenyum, Presiden Maklum, Rokok ya Magnum" #SebatduluyukJonan.
Sementara itu, dari atas mobil komando koordinator aksi berorasi menyemangatkan para peserta unjuk rasa. Mereka mendesak untuk bertemu dengan Presiden Jokowi.
Dijanjikan Uang
Koordinator BEM SI Wilayah Se-Jabodetabek Banten, Muhammad Abdul Basit menyebut, ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi aksi mahasiswa dengan menjanjikan sejumlah uang. Meski, Abdul tidak menyebut identitas dari orang tersebut
Abdul mengatakan, pihak kampus pun siap mengucurkan dana besar apabila mahasiswa memilih mengadakan seminar ketimbang unjuk rasa. Bahkan, pihak kampus berharap aksinya dialihkan di kampus. Tapi pihaknya menolak karena tujuan untuk mendesak Presiden menerbitkan Perpu KPK.
Mahasiswa berunjuk rasa menuntut Presiden Jokowi mengeluarkan perppu terkait Undang-Undang KPK. Awalnya, mereka hendak menggelar aksi di depan Istana Presiden, namun diadang polisi wanita.
Para polwan membentuk barikade tepat di depan kawat berduri dan road barrier. Mahasiswa akhirnya hanya bisa berunjuk rasa di depan Gedung Kementerian Pariwisata. Di sela-sela koordinator berorasi peserta unjuk rasa lain sempat menumpahkan kekesalan ke pihak kepolisian yang berjaga-jaga tersebut.
Demonstrasi masih berlangsung. Mahasiswa semakin mendekati pihak kepolisian. Uniknya, yang berhadap-hadapan pada demo kali ini adalah polwan dan mahasiswi.
Terpisah, Kapolsek Gambir, Kompol Wiraga menjelaskan alasan menempatkan polwan digaris terdepan pengamanan. Hal itu tak lain untuk mendinginkan suasana.
Advertisement
Berakhir Damai
Demonstrasi BEM Seluruh Indonesia (SI) di kawasan Istana Kepresidenan tak hanya diikuti mahasiswa. Sejumlah mahasiswi terlihat ikut menyemarakan demontsrasi.
Bahkan, mereka berada di garis depan saling berhadap-hadapan dengan polwan. Saat tengah menyampaikan aspirasinya. Ada sejumlah mahasiswa yang berteriak histeris memohon agar diizinkan bertemu dengan Presiden Jokowi. Ada pula yang sampai menitikan air mata.
Demonstrasi yang digelar BEM Seluruh Indonesia (SI) berakhir damai. Mereka menutup aksi dengan memberikan spanduk berukuran besar ke pihak kepolisian yang berjaga.
Sebelum berakhir, sejumlah mahasiswi membentangkan spanduk bergambar tikus yang mengenakan jas dan dasi sambil membawa karung berlogo Rupiah. Kedua kakinya menginjak-injak logo KPK. Gambar itupun diberikan kepada polwan yang berjaga.
Salah seorang polwan menerima spanduk tersebut. Massa merasa merespon dengan tepuk tangan riuh. Mahasiswi mengakhiri dengan menyalami para polisi sambil meminta maaf. Polisi pun meladeni dengan penuh senyuman.