Ribuan 'Pemburu' Nyale Padati Pantai Seger di NTB

Dibutuhkan kesabaran agar tangkapan nyale banyak. Mengingat cacing ini cukup lincah dan licin.

oleh stella maris pada 16 Feb 2020, 17:32 WIB
Diperbarui 16 Feb 2020, 17:48 WIB
Berburu cacing
Para 'pemburu' sudah datang sejak jam tiga dini hari.

 

Liputan6.com, Jakarta Festival Pesona Bau Nyale akhirnya digelar pada 8 Februari 2020. Puncak acara festival tersebut menjadi hal yang paling menarik dan paling ditunggu-tunggu. 

Meski fajar masih belum muncul, ribuan wisatawan dan masyarakat sudah berada di bibir Pantai Seger, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (15/2) dini hari. Ya, mereka siap berburu nyale, cacing warna-warni yang konon disebut sebagai perwujudan dari Putri Mandalika yang cantik nan anggun.

Jadi, menurut cerita rakyat, dulu ada seorang putri cantik yang bernama Mandalika. Kabar kecantikan putri ini tersebar ke seluruh pelosok pulau, sehingga banyak pangeran yang jatuh cinta dan ingin menikahi sang putri.

Tak menginginkan terjadinya perang atau konflik karena diperebutkan oleh banyak pangeran, Mandalika memilih untuk terjun ke laut. Sebelum terjun ke Laut, ia sempat mengucapkan janji untuk mengunjungi rakyatnya dalam rupa atau wujud nyale.

Cacing laut tersebut hanya muncul satu tahun sekali dan dipercaya sebagai wujud kunjungan putri Mandalika untuk masyarakatnya. Dan dipercaya sebagai berkah hingga bagi masyarakat setempat juga berkhasiat menyembuhkan penyakit.

Proses Berburu Nyale

Festival Bau Nyale
Proses menangkap nyale sendiri dilakukan dengan menggunakan kayu berbentuk huruf U yang diikat dengan jaring di belakangnya.

Sejak pukul 03.00 WITA wisatawan sudah berkumpul di Pantai Seger yang juga dikenal sebagai salah satu destinasi selancar terbaik di Lombok ini. Para pemburu Nyale datang dari berbagai kalangan dan usia. Mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki maupun perempuan. Tak ada batasan.

Tak mengindahkan dinginnya air laut, ribuan pemburu itu menceburkan diri ke pantai berkarang. Teriakan para pemburu beradu kencang dengan deburan ombak pantai Seger. Dengan lampu penerangan yang dipasang di kening atau senter di tangan, para pemburu dengan sigap mencari Nyale.

Jika dilihat dari atas bukit di samping Pantai Seger, pemandangannya berbeda lagi. Cahaya penerangan mereka saling singkap, berpadu dengan cahaya rembulan.

Proses menangkap nyale sendiri dilakukan dengan menggunakan kayu berbentuk huruf U yang diikat dengan jaring di belakangnya. Nyale yang bermunculan dari dalam karang itu kemudian diserok dengan jaring tersebut.

Dibutuhkan kesabaran agar tangkapan nyale banyak. Mengingat cacing ini cukup lincah dan licin.

"Saya dapat nyale lumayan banyak, ini akan saya konsumsi bersama keluarga, setahun sekali," tutur Agus yang datang dari Kota Mataram sambil menunjukkan hasil tangkapannya yang berisi nyale hampir setengah ember, namun ternyata menurutnya tangkapan itu tak sebanyak tahun sebelumnya.

Wujud Nyale sendiri begitu unik, berwarna-warni. Nyale juga mengandung protein yang tinggi sehingga sangat layak untuk dikonsumsi. Tak heran jika setelah menangkap, ada warga yang langsung memakannya. Tapi ada juga yang dibawa pulang dan dimasak untuk dimakan bersama keluarga.

Biasanya masyarakat memasaknya dengan cara dipepes dengan bungkus daun pisang. Kegiatan berburu nyale baru usai setelah matahari terbit.

Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ari Juliano Gema saat mengikuti prosesi Bau Nyale mengatakan, ini menjadi budaya dan atraksi yang unik sehingga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan untuk datang ke Nusa Tenggara Barat.

"Festival Bau Nyale jadi cara efektif mempromosikan keindahan atraksi dan budaya di NTB. Sehingga mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang serta membantu menggerakan perekonomian masyarakat lokal," kata Ari Juliano.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya