KPAI Sebut Siswa Terkendala Kuota hingga Beban Tugas Saat Sekolah Online

Tak sedikit siswa yang pembelajarannya terbengkalai karena tak mendapatkan akses internet.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 25 Jun 2020, 16:36 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2020, 16:36 WIB
Datangi KPAI, Pihak Sekolah Bantah Anak NN Di-bully
Komisioner KPAI Retno Listyarti (ketiga kiri) memberi keterangan terkait kasus dugaan perisakan terhadap anak tersangka pengguna sabu NN di Jakarta, Selasa (23/7/2019). Bersama perwakilan sekolah, KPAI membantah kasus dugaan perisakan yang menimpa anak tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti membeberkan, kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar online selama masa pandemi Covid-19.

Menurut KPAI, siswa merasa beban tugas menjadi lebih tinggi, sementara orangtua mengeluhkan akses kuota internet yang mahal selama PJJ. Retno menyebut, dalam seminggu pihaknya menerima 250 aduan pembelajaran jarak jauh.

“KPAI juga melakukan survei kepada 1.700 siswa dan 62 guru terkait metode pembelajaran jarak jauh. Sebanyak 76,6 persen pernah pakai platform, yang terbanyak adalah platform gratis yang disiapkan seperti Ruangguru, rumah belajar yang milik Kemendikbud," ujar Retno di Komisi X, Kamis (25/6/2020).

Retno menyatakan, kuota internet menjadi salah satu masalah yang sering dikeluhkan, apalagi bagi orangtua siswa yang ekonominya terdampak pandemi.

“Kuota kemudian jadi masalah karena banyak anak tidak terlayani. Kalau berdasar data kami tidak hanya di Papua yang 54 persen tidak bisa tertangani daring dari 608 siswa, tapi Kota Bogor yang sangat dekat dengan Jakarta pun masih ada 11 persen tidak terlayani secara daring," ujarnya.

Bahkan, Retno menyebut, masih banyak keluarga yang kesulitan makan, sehingga pembelian kuota internet dan pembelajaran jarak jauh terbengkalai.

“Penggunaan kuota ini, jadi masalah karena para orangtua terdampak Covid-19 secara ekonomi. Punya tiga anak, tiga-tiganya gunakan kuota mereka, kemudian jadi sulit untuk membeli kuota, karena makan aja sulit. Akhirnya semakin hari itu semakin banyak anak tidak terlayani pembelajaran daring karena bermasalah kepada pembelian kuota," terangnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Beban Tugas Berat

Bagaimana Jika Anak Malas Mengerjakan PR?
Bagaimana Jika Anak Malas Mengerjakan PR?

Selain itu, masalah lain adalah sebanyak 79,9 siswa mengeluhkan minimnya interaksi dengan guru dalam pembelajaran daring.

“Anak-anak juga merasa beban tugas untuk mereka terlalu berat,” tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya