Potret Positif Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Covid-19 dari Kaca Mata Pakar: Kuncinya Disiplin

Arief menyatakan, PJJ bukan tidak memiliki dampak positif bagi iklim pendidikan di Indonesia.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 19 Okt 2020, 15:49 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2020, 15:49 WIB
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman saat menyampaikan paparan mengenai potret pembelajaran jarak jauh di masa pandem corona. (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman menjabarkan potret pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Menurut dia, skema pembelajaran jarak jauh atau PJJ memiliki banyak tantangan.

"Tidak semua menguasai teknologi informasi termasuk guru dan murid, sarana dan prasarana juga tidak memadai di seluruh wilayah, akses internet juga terbatas," urai Arief saat diskusi daring bersama Liputan6.com dalam segmen Bincang Editor, Senin (19/10/2020).

Kendati begitu, Arief menyatakan, PJJ bukan tidak memiliki dampak positif bagi iklim pendidikan di Indonesia.

Banjirnya situs online dengan materi yang berlimpah dan dapat diakses dengan bebas, mampu menciptakan dorongan terhadap pelajar dan juga guru untuk mengeksplorasi materi yang umumnya diajarkan terbatas di sekolah.

"Banyak situs belajar online dapat diakses peserta didik sehingga membantu mereka memperdalam materi, maraknya webinar via zoom dan (belajar) dipantau langsung orangtua adalah manfaat PJJ," yakin Arief.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pendidikan Indonesia Lebih Maju

Diperpanjang Sampai 20 Mei, Siswa Belajar Online di Rumah
Siswa sekolah dasar belajar online menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings di Pamulang Tangerang Selatan, Kamis (2/4/2020). Menunjuk Surat Edaran Mendikbud, Kepala BNPB dan Walikota Tangsel, pelaksanaan belajar dari rumah di perpanjang sampai tanggal 20 Mei 2020. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Dengan adaptasi gaya belajar baru ini, Arief berharap pelajar dan iklim pendidikan di Indonesia dapat lebih maju meski dalam situasi keterbatasan.

"Penilaian hasil proses pembelajaran mencakup seluruh aspek tentu tidak bisa, tapi sekolah sebagai lembaga, guru dan murid rumah silahkan, juga orangtua selaku pendidik utama dapat lebih kreatif lagi, dengan pegangan utama yaitu kedisiplinan," Arief menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya