Liputan6.com, Jakarta Menyambut Hari Pahlawan, Anggota Dewan Pembina Megawati Institute, Hasto Kristiyanto, berharap, akademisi Indonesia menggaungkan pemikirannya yang positif untuk kemajuan bangsa di panggung internasional.
Menurut dia, hal ini penting disampaikan bertepatan dengan hari pahlawan, mengingat jejak kemajuan itu sudah dicetuskan oleh para pendiri bangsa. Terbukti, Konferensi Asia Afrika tahun 1955 sebagai bukti.
Baca Juga
"Para pemimpin bangsa kita begitu percaya diri, bagaimana dengan ide dan opini. Kita tak punya kekuatan militer yang kuat, kita tidak punya kekuatan modal yang kuat, tetapi kita berani mengadakan Konferensi Asia-Afrika. Dengan modal apa? Makanannya karedok, soto lamongan, ada ketela, getuk lindri, di situ ada disajikan dalam Buku Mustika Rasa," kata Hasto dalam dialog kebangsaan yang diadakan UNJ, Selasa (10/11/2020).
Advertisement
Menurut dia, dengan kekuatan itulah, bisa menyatukan visi dunia yang digagas oleh Presiden Sukarno. Karenanya, di hari pahlawan ini, pemuda dan akademisi juga perlu mengilhami hal tersebut.
"Itu makanan yang dulu disajikan kepada para delegasi Konferensi Asia-Afrika. Kita tidak punya modal, kita punya ide karena pendidikan," ucap Sekjen PDI Perjuangan ini.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hal yang Dasar
Hasto menuturkan, hal dasar yang tetap dipijak untuk bisa maju, yakni dengan Pancasila. Karena disanalah sudah termuat nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan, untuk membentuk persatuaan dan persaudaraan yang tinggi.
"Nah inilah yang harus kita gelorakan bagaimana Pancasila didisain oleh pendiri bangsa dengan menggali dari seluruh kekayaan, khazanah perabadan nusantara, peradaban agama, dunia, dan itu semua hebatnya dibumikan dalam tradisi kebudayaan kita," jelas Hasto.
Diketahui, dalam acara yang diadakan UNJ ini, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, diberi kesempatan untuk memberikan penghargaan kepada kota atas predikat sebagai City Of Intellectual.
Penghargaan itu berdasarkan riset yang dilaksanakan oleh tim yang dipimpin Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas.
Ketiga daerah itu adalah Kota Semarang yang dipimpin Wali Kota Hendrar Prihadi, Kota Solo yang dipimpin FX Hadi Rudyatmo, dan Kota Surabaya yang dinakhodai Tri Rismaharini.
Sementara dalam dialog kebangsaan, sejumlah narasumber hadir. Diantaranya Ahmad Syaikhu (Ketua Dewan Pembina Lembaga Sosial Tangan di Atas), Hariyono (Wakil Kepala BPIP), Muhaimin Iskandar (Wakil Ketua DPR RI), Fadli Zon (Ketua Umum Himpunan Seni Budaya Islam HSBI), dan Japar (Guru Besar UNJ).
Advertisement