Jokowi Minta Jatah Libur Panjang Akhir Tahun Dikurangi

Jokowi meminta agar jatah libur panjang akhir tahun 2020 dikurangi.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 23 Nov 2020, 12:10 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2020, 12:10 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat membuka MTQ Nasional ke-28. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta agar jatah libur panjang akhir tahun 2020 dikurangi. Namun, pemerintah belum memutuskan berapa jumlah jatah libur panjang yang akan dikurangi.

"Masalah libur, cuti bersama akhir tahun termasuk libur pengganti cuti bersama hari raya Idul Firti, Bapak Presiden memberikan arahan supaya ada pengurangan," ujar Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy usai rapat bersama Presiden, Senin (23/11/2020).

Adapun libur Natal dan Tahun Baru 2020 tadinya akan digabung dengan Cuti Bersama Idul Fitri yang digeser ke akhir tahun pada 28-31 Desember 2020. Libur Hari Raya Natal sendiri jatuh pada 24-25 Desember.

Kemudian, hari libur masih ditambah tanggal merah pada 1 Januari 2021. Jokowi pun memerintahkan agar ketentuan soal libur panjang akhir tahun dibahas lebih lanjut dalam rapat koordinasi Kemenko PMK.

"Beliau memerintahkan supaya segera ada rapat koordinasi yang dilakukan oleh Kemenko PMK dengan kementerian/lembaga terkait. Terutama, berkaitan masalah libur akhir tahun dan pengganti libur cuti bersama Idul Fitri," jelasnya.

Ā 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dibahas Khusus

Seperti diketahui, libur panjang kerap menimbulkan lonjakan kasus Covid-19. Presiden Jokowi pun membahas ketentuan libur panjang akhir tahun 2020 secara khusus.

Dia menyampaikan bahwa saat ini kasus aktif Covid-19 di Indonesia berada di angka 12,78 persen, lebih rendah dari rata-rata dunia sebesar 28,41%. Sementara, kesembuhan pasien Covid-19 berada di angka 84,03 persen dimana jauh lebih baik dari rata-rata dunia yakni, 69,20 persen.

Selain itu, dia menilai bahwa saat ini strategi untuk menyeimbangkan gas dan rem sudah terlihat hasilnya. Untuk itu, dia meminta para gubernur dan Komite Satgas untuk terus menjaga keseimbangan tersebut agar tak muncul gelombang kedua Covid-19.

"Strategi yang sejak awal kita sampaikan rem dan gas itu betul-betul diatur betul. Jangan sampai kendor dan juga memunculkan beresiko memunculkan gelombang yang kedua ini yang bisa membuat kita side back, mundur lagi," Jokowi saat memimpin rapat terbatas dari Istana Merdeka Jakarta, Senin.

Sebelumnya, Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengatakan bahwa adanya liburan panjang atau long weekend juga berdampak pada fluktuasi kasus COVID-19 di Indonesia. Dia juga mempertanyakan apakah memang liburan panjang akhir tahun 2020 harus diadakan.

Adib mengatakan, beberapa hal yang harus diatur saat libur panjang. Misalnya, transportasi, serta penerapan aturan yang tegas terhadap tempat-tempat wisata yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat hingga di tempat-tempat seperti hotel.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya