Menkes Budi Gunadi : Banyak Data Negatif Covid-19 Tidak Dilaporkan ke Pusat

Menkes membeberkan permasalahan terkait kasus konfirmasi Covid-19 yang menurun sementara positivity rate di Indonesia terus meningkat.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Feb 2021, 20:47 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2021, 20:47 WIB
Panglima TNI hingga Raffi Ahmad Kembali Jalani Vaksinasi Kedua
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjalani vaksinasi COVID-19 dosis kedua di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1/2021). Presiden Jokowi memastikan bahwa pemerintah telah menindaklanjuti hal tersebut dan tetap berupaya untuk memenuhi target semula. (Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membeberkan permasalahan terkait kasus konfirmasi Covid-19 yang menurun sementara positivity rate di Indonesia terus meningkat. Hal tersebut disebabkan beberapa hal, pertama yaitu banyak data hasil tes usap atau PCR negatif yang tidak dilaporkan ke pusat.

"Kami mengamati bahwa banyak data mengenai hasil tes PCR kalau itu sifatnya negatif belum langsung dikirim ke pusat sehingga data yang kami terima itu lebih banyak yang positif covid-19," kata Budi dalam keterangan pers dalam akun youtube Kementerian Kesehatan, Rabu (17/2/2021).

Dia menjelaskan alasan mengapa pihak rumah sakit dan lab tidak memasukkan hasil negatif, karena mereka menilai hasil yang terpenting saat ini adalah kasus positif. Sehingga bisa lebih mudah diatasi dan ditangani lebih cepat.

"Setelah kami cek di beberapa rumah sakit dan laboratorium karena jumlah datanya demikian banyak dan juga user interface atau cara memasukan ke sistem aplikasi kita masih rumit itu mengakibatkan banyak lab yang memasukkan data yang positif dulu," ungkapnya.

"Karena menurut mereka kan data yang positif agar bisa diisolasi itu mengakibatkan positivity ratenya naik. Itu adalah salah satu hipotesa yang kami amati, data kami akan uji," tambahnya.

Sebab itu, pihaknya saat ini sudah memperbaiki user interface dalam aplikasi testing. Sehingga kata dia bisa memudahkan lab dan rumah sakit untuk memasukan laporannya.

"Bisa dengan otomatis atau excel, dengan demikian kita merasa dengan masukannya lebih banyak data dan lebih lengkap serta data negatif itu yang akan membuat positivy kita merefleksikan angka yang sebenarnya," katanya.

 

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sebab Positivity Rate Meningkat

Kemudian alasan kedua positivity rate meningkat karena testing yang kurang. Hal tersebut menyebabkan kasus positif lebih dulu meningkat. Sebab itu saat ini pemerintah gencar untuk melakukan testing dengan rapid antigen seiring dengan pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Dengan demikian kita juga akan tahu lebih cepat apakah seseorang itu tertular atau tidak. Dengan demikian makin luasnya target pemeriksaan diharapkan bahwa positivy rate yang ada lebih menggambarkan keadaan yang sesungguhnya," bebernya.

Tidak hanya itu, dia juga membeberkan masih ada lab yang belum konsisten dalam memasukan laporan. Sebab itu pihaknya saat ini lebih intens berkomunikasi dengan para lab PCR diseluruh Indonesia.

"Memastikan agar mereka disiplin dan memastikan data yang lengkap dan ontime jadi jangan ditunda terlalu lama sehingga kita bisa melihat data positivity rate yang sebenarnya sehingga bisa mengambil keputusan yang lebih tepat," ungkapnya.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya