Jokowi Diminta Ambil Peran Aktif Selesaikan Konflik Israel-Palestina

Azyumardi menegaskan, serangan Israel ke Palestina tidak bisa dibiarkan. Narasi serangan Israel ke Palestina tidak bisa dibenarkan harus terus disuarakan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mei 2021, 11:47 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2021, 09:00 WIB
FOTO: Dukungan Warga Dunia untuk Rakyat Palestina
Para pengunjuk rasa berkumpul di Alun-Alun Republique selama protes terlarang untuk mendukung warga Palestina di Jalur Gaza di Paris, Prancis, Sabtu (15/5/2021). Pawai untuk mendukung warga Palestina di Jalur Gaza diadakan di belasan kota di Prancis, tetapi fokusnya adalah di Paris. (AP Photo/Rafael

Liputan6.com, Jakarta Dunia internasional diharapkan bisa terus mendorong penyelesaian konflik Palestina-Israel melalui berbagai cara. Indonesia, sebagai negara yang cukup diperhitungkan dunia, bisa berperan lebih agar perdamaian terwujud.

Pakar sejarah Timur Tengah Azyumardi Azra menilai apa yang Israel lakukan terhadap Palestina mengulangi apa yang mereka rasakan pada perang dunia kedua dan sebelumnya. Saat itu, 11 juta orang meninggal, 6 juta di antaranya Yahudi. Yahudi menggunakan istilah pogrom untuk menyebut apa yang mereka rasakan saat itu.

Sekarang, Palestina merasakan hal sama. Sebab, kata Azyumardi, Israel juga menghancurkan berbagai fasilitas publik, termasuk rumah ibadah dan sarana kesehatan.

“Apa yang terjadi hari ini di Gaza adalah pogrom yang dilakukan orang yang awalnya jadi korban pogrom,” kata Azyumardi dalam webinar bertajuk Konflik Timur Tengah: Israel dan Holokos Palestina yang digelar Moya Institute, Kamis (20/5).

Azyumardi menegaskan, serangan Israel ke Palestina tidak bisa dibiarkan. Narasi serangan Israel ke Palestina tidak bisa dibenarkan harus terus disuarakan.

"Kita ikut bersalah kalau kita membiarkan itu. Kalau kita bilang itu hanya urusan orang Arab kita salah,” kata dia. 

Serangan belum berhenti meski Presiden Amerika Serikat Joe Biden sudah berkomunikasi dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Menurut Azyumardi, Indonesia harus terus mendorong Amerika agar menekan Israel sampai menghentikan penyerangan ke Palestina.

Menurut Azyumardi, pernyataan sikap bersama Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam yang mengutuk agresi militer di Palestina tidaklah cukup. “Saya meminta Presiden Jokowi menelepon Joe Biden. Indonesia ini diperhtiungkan Amerika Serikat, jadi segera telepon Joe Biden,” tegas dia.

Menurut dia, negara-negara juga bisa serius mengancam membekukan hubungan diplomatik dengan Israel. Langkah selanjutnya adalah rekonsiliasi Fatah-Hamas, perang saudara di Palestina yang sudah berlangsung sejak 2006.

“Selama Fatah dan Hamas berkelahi, selama itu Israel melakukan pogrom,” kata Azyumardi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Berharap Peran Aktif Indonesia

Massa Gelar Aksi Solidaritas Palestina di Jalan Basuki Rahmat
Masyarakat membawa poster dan abendera Palestina di jalan Basuki Rahmat, Jakarta, Kamis (20/5/2020). Aksi masyarakat tersebut untuk mengutuk penyerangan Israel ke Palestina yang telah menyebabkan ratusan korban jiwa. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Wakil Rektor IAIN Salatiga Sidqon Maesur yang sempat lama bekerja di Mesir mengaku sempat berbincang dengan juru runding Israel. Perdamaian Arab dan Israel selalu menemui jalan buntu karena masing-masing menuntut keadilan dan haknya. Masing-masing merasa terzalimi.

“Israel dan Arab saling punya sarat yang sulit diterima. Israel mengatakan kalau mau berdiri negara Palestina monggo, tapi jangan ada tentara, karena mereka khawatir. Melihat kenyataan ini, konflik Arab-Israel tidak akan selesai. Israel tidak akan mengalah,” kata Sidqon.

Seperti Azyumardi, Sidqon juga berharap Indonesia bisa lebih berperan dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah. “Nampaknya konflik ini tidak bisa diselesaikan orang Arab. Insyaallah diselesaikan orang Indonesia yang mayoritas Muslim. Kalau mau menyesalaikan, kita harus berdiri di tengah,” katanya.

Sementara itu, Pendiri Setara Institute yang juga aktivis HAM Hendardi menilai baik Palestina maupun Israel berkontribusi pada konflik. Tidak ada pihak paling benar. Konflik ini semakin rumit karena ada narasi perang agama. Padahal yang terjadi adalah keinginan Israel menguasai Palestina. Hendardi mengecam karena faktanya Israel juga menghabisi manusia, termasuk anak-anak dan perempuan.

“Apa yang dilakukan Israel bukan hanya perebutan tanah, tapi penghancuran kemanusiaan. Israel mengabaikan jaminan perlindungan hak asasi manusia dalam perang. Sekalipun perang, seharusnya tetap patuh hukum hak asasi manusia,” kata Hendardi.

Selain membunuh anak-anak dan wanita, serangan Israel juga menghancurkan sarana dan prasarana kesehatan. Banyak tenaga kesehatan yang ikut jadi korban. Menurut Hendardi, hal itu jelas melanggar Konvensi Jenewa yang juga Isreal tanda tangani.

Untuk menyelesaikan konflik Palestina dan Israel, menurut dia, paling penting adalah dukungan politik internaional. “Langkah utama mesti dimulai dari jalur politik dengan menggalang dukungan internasional. Produknya mendorong gencatan senjata, menghentikan permusuhan, dan menjajaki dialog,” kata Hendardi.

Mantan duta besar Indonesia di Spanyol Yuli Mumpuni Widarso mengatakan konflik Palestina-Israel bukan terkait isu agama. Tapi penyerangan terhadap situs Islam di Palestina tentu menyakiti perasaan dan berhasil memancing emosi umat Muslim. Yuli mengajak masyarakat Indonesia menyikapi masalah ini dengan nalar dan nurani.

“Jangan terkecoh dengan lobi Israel yang begitu gencar. Fakta sejarah bahwa Israel melalukan pendudukan dengan cara-cara tidak manusiawi. Kita harus mendorong masalah ini ke pengadilan pidana internasional,” katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya