Moeldoko: Jokowi Komitmen pada Isu Perubahan Iklim

meyakini keberadaan Perpres Nomor 55 tahun 2019 akan secara masif mendorong produksi mobil listrik

oleh Lizsa Egeham diperbarui 04 Jun 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2021, 10:00 WIB
Wawancara Kepala Staf Presiden Moeldoko Dengan KLY
Kepala Staf Presiden Moeldoko saat wawancara dengan KLY di Jakarta, Rabu (16/1). Dalam wawancara tersebut Moeldoko memaparkan kinerja kerja pemerintahan Jokowi-JK hingga saat ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menekankan bahwa Presiden Jokowi memiliki komitmen kuat terhadap isu perubahan iklim. Salah satunya, melalui Perpres Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

"Komitmen Presiden sangat kuat pada isu ini, bahkan sudah tertuang melalui beberapa kebijakan," kata Moeldoko saat bertemu Duta Besar Denmark untuk Indonesia HE Lars Bo Larsen di Gedung Bina Graha Jakarta, sebagaimana dikutip dari siaran pers, Jumat (4/5/2021).

Dia meyakini keberadaan Perpres Nomor 55 tahun 2019 akan secara masif mendorong produksi mobil listrik. Terlebih, kata Moeldoko, aturan tersebut juga telah didukung melalui penyusunan peta jalan peralihan mobil konvensional ke listrik.

Tidak hanya itu, Moeldoko menyatakan bahwa Jokowi juga berkali-kali menyampaikan komitmen terhadap isu climate change dan energi baru terbarukan (EBT). Misalnya, saat berpidato pada United Nations UN Climate Change Conference the Conference of the Parties COP21, Paris 2015.

Dalam forum itu, ditegaskan komitmen  menjaga kenaikan temperatur global tidak melebihi 20 derajat celcius dan mengupayakan menjadi 1,50 derajat celcius. Ada pula Komitmen Nasional sesuai dengan Amanat UU No 16/2016 tentang Pengesahan Paris Agreement yakni, menurunkan emisi Gas Rumah Kaca 29 persen.

"Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia punya tanggung jawab yang tinggi terhadap lingkungan secara global," jelas Moeldoko.

 


Emisi Gas Rumah Kaca

Terkait isu EBT, Moeldoko menuturkan Indonesia beromitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314 sampai 398 juta ton CO2 pada tahun 2030. Upwya ini dilakukan melalui pengembangan energi terbarukan, pelaksanaan efisiensi energi, dan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih.

Kemudian, Indonesia juga menuju Net Zero Emission 2050 seperti yang  tertuang dalam Pidato Jokowi pada Leaders Summit on Climate, 22 April 2021. Pemerintah ingin menurunkan kebakaran hutan hingga 82 persen.

Saat ini, pemerintah Indonesia sedang membangun kawasan industri hijau terbesar di dunia seluae 12.500 hektare yang berlokasi di Kalimantan Utara, terbesar di dunia. Indonesia juga membuka investasi terhadap transisi energi yang sangat besar untuk investasi pengembangan biofuel, industry baterai lithium, dan juga kendaraan listrik.

"Selain itu pengembangan energi terbarukan di berbagai daerah juga terus didorong termasuk pembangkit listrik tenaga sampah dengan diresmikannya PLTSa Surabaya oleh Presiden Joko Widodo baru-baru ini," tutur Moeldoko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya