Penyebaran Covid-19 Varian Mu Lebih Cepat, Pemerintah Diminta Kembali Perketat Batas Negara

Varian Mu bisa menurunkan efikasi vaksin serta antibodi. Penyintas Covid-19 tetap berpotensi terinfeksi varian Mu.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Sep 2021, 08:11 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2021, 08:11 WIB
Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun di SMAN 20 Jakarta
Seorang siswa menjalani vaksin COVID-19 di SMUN 20 Jakarta, Kamis (1/7/2021). Per tanggal 1 Juli 2021, anak-anak usia 12-17 tahun di DKI Jakarta sudah mulai mendapatkan vaksinasi. Agar anak-anak kita terlindungi dari wabah Covid-19 dengan varian baru. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, serta penerapan tracing, testing, treatment (3T) tetap menjadi solusi efektif untuk mencegah penularan Covid-19 varian Mu. 

Menurut Dicky, protokoler kesehatan tidak cukup hanya 3M, tapi harus 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilitas dan interaksi.

"Sebetulnya reaksi, respons, atau strateginya tetap sama, yaitu 3T, 5M dan vaksinasi,” kata Dicky Budiman Kamis (9/9/2021).

Menurut dia, Covid-19 varian Mu harus diawasi karena bisa cepat menular. Berdasarkan data yang ia miliki, dalam sembilan bulan varian Mu sudah masuk di 43 negara.

"Itu artinya, pennyebarannya  sangat cepat, ya efektif,” kata Dicky.

Kemudian, dia mengatakan varian Mu bisa menurunkan efikasi vaksin serta antibodi. Penyintas Covid-19 tetap berpotensi terinfeksi varian Mu.

"Terinfeksi Delta, terinfeksi Alpa, ya bisa terinfeksi dengan Mu," kata dia.

Dicky mendukung langkah pemerintah memperketat pintu masuk negara. Menurut dia, bagi warga yang masuk ke Indonesia tidak cukup hanya menunjukkan hasil tes negatif Covid-19. 

"Tapi karantina efektif selama tujuh hari bagi yang sudah divaksin lengkap dengan vaksin yang efektif misal messenger RNA, kemudian tesnya negatif. Kalau yang belum vaksin lengkap karantina 14 hari, kemudian tesnya negatif,” ujarnya.

 

Belajar dari Kasus Masuknya Varian Delta

Suasana Melbourne di Tengah Penerapan Jam Malam
Orang-orang menyeberang jalan selama aturan jam malam di Melbourne, pada Selasa (17/8/2021). Kota terbesar kedua di Australia itu memberlakukan pembatasan tinggal di rumah pada pukul 9 malam hingga 5 pagi untuK meredam lonjakan Covid-19 varian Delta. (William WEST/AFP)

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR Nurhadi menilai varian baru Mu yang kini sudah dideteksi masuk ke beberapa negara harus betul-betul diwaspadai. Indonesia perlu belajar dari kasus varian Delta yang masuk ke Indonesia dari India. 

"Waktu itu warga India ke Indonesia lewat udara tanpa seleksi dan prosedur yang ketat. Oleh sebab itu kasus seperti itu tidak boleh terulang kembali,” ujar Nurhadi.

Menurut Nurhadi, prokes tetap harus menjadi protokol baru dalam kehidupan masyarakat, terutama disiplin mengenakan masker. “Kita berharap pemerintah terus menerus melakukan sosialisasi tentang disiplin prokes, termasuk setelah pandemi ini,” pungkasnya.

Anggota Komisi IX DPR Darul Siska menilai disiplin prokes harus menjadi gaya hidup.

"Aparat pemerintah harus menjadi teladan dan setiap orang harus menjaga dirinya, keluarganya dan lingkungannya, tidak boleh kendor dalam penegakan Prokes,” kata Darul.

Darul berpendapat, kebijakan memperketat orang masuk ke Indonesia harus dilaksanakan secara tegas tanpa pandang bulu.

"Setiap orang masuk ke Indonesia harus diperiksa dan dimonitor secara teliti untuk mencegah masuknya varian2 baru Covid 19,” ujar Darul.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya