Lebih 130 Juta Penduduk Indonesia Sudah Divaksinasi Covid-19 Dosis Pertama

Sementara yang telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama bertambah 573.155 penduduk atau total 130.283.345 penduduk.

oleh Rinaldo diperbarui 15 Nov 2021, 06:06 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2021, 06:06 WIB
Presiden Jokowi meninjau Vaksinasi Merdeka.
Jokowi saat meninjau pelaksanaan vaksinasi merdeka yang digelar di Kampus Institut Pertanian Bogor. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak 84.161.759 penduduk Indonesia sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap atau telah melakukan vaksinasi kedua, berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga Minggu (14/11/2021).

Jumlah tersebut mengalami penambahan sebanyak 742.673 penduduk dibandingkan hari sebelumnya. Sementara yang telah mendapatkan vaksinasi dosis pertama bertambah 573.155 penduduk atau total 130.283.345 penduduk.

Sedangkan untuk vaksinasi dosis ketiga yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan bertambah 4.865 orang atau total 1.189.235 penduduk. Target sasaran vaksinasi sebanyak 208.265.720 orang.

Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung rencana pemerintah melakukan vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun di sekolah.

"Kami selalu mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi pandemi COVID-19, salah satunya melalui program vaksinasi beserta perluasan target sasaran vaksinasinya," kata Plt Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto.

Menurut dia, vaksinasi guru dan peserta didik berusia 12-18 tahun yang telah dilakukan sebelumnya menjadi salah satu landasan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai dilakukan secara terbatas. Vaksinasi bagi guru dan siswa memberikan harapan untuk menyongsong kebiasaan baru, yakni PTM terbatas dengan tetap menjaga protokol kesehatan.

"Evaluasi kebijakan pembelajaran terus dilakukan oleh pemerintah selama masa pandemi COVID-19, termasuk pembelajaran jarak jauh (PJJ). Efektivitas PJJ tidak bisa disamakan denga PTM," katanya.

PJJ Kurang Efektif

Ia mengatakan apabila PJJ diperpanjang, anak-anak berpotensi mengalami learning loss atau penurunan capaian pembelajaran, sebab bagi beberapa anak PJJ kurang efektif, karena keterbatasan ekonomi keluarga dan jaringan internet.

"Selain itu, PJJ dalam waktu yang panjang bisa memberikan beberapa dampak negatif pada perkembangan sosial dan psikologi bagi anak, orang tua, maupun guru. Penutupan pembelajaran tatap muka selama pandemi berdampak pada beberapa aspek, termasuk mental anak dan orang tua," demikian Anang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya