BNPB: Banjir di DKI Jakarta Mulai Surut

BNPB menyebut banjir yang terjadi di DKI Jakarta akibat curah hujan yang tinggi sudah mulai surut.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 16 Jul 2022, 17:27 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2022, 17:27 WIB
Kondisi Pemukiman Warga Pasca Banjir
Warga membersihkan lumpur sisa dari banjir bandang Garut di kawasan Cimacan, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, Sabtu (16/7/2022). Pemda Garut, Jawa Barat menyatakan status darurat banjir setelah 8 kecamatan di wilayah tersebut terendam banjir usai Sungai Cimanuk dan beberapa anak sungainya meluap. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut banjir yang menggenangi sejumlah daerah di DKI Jakarta, Sabtu (16/7/2022) sudah mulai surut. Adapun banjir kali ini disebabkan meluapnya Kali Ciliwung akibat curah hujan cukup tinggi yang mengguyur Jawa Barat, Banten, dan Jakarta, Jumat 15 Juli 2022.

"Kondisi mutakhir saat ini terpantau banjir di beberapa wilayah berangsur surut," kataPlt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dikutip dari siaran persnya, Sabtu (16/7/2022).

Berdasarkan laporan yang diterima oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops BNPB) per 16 Juli 2022, terdapat 14 kecamatan terdampak banjir. Genangan yang merendam pemukiman warga terpantau di kawasan Kota Jakarta Selatan, antara lain Kecamatan Cilandak (Kelurahan Lebak Bulus dan Pondok Labu), Kecamatan Kebayoran Lama (Kelurahan Cipulir dan Pondok Pinang), Kecamatan Kebayoran Baru (Kelurahan Petogogan), dan Kecamatan Jagakarsa (Kelurahan Ciganjur, Srengseng Sawah, Cipedak dan Tanjung Barat).

Kemudian, Kecamatan Mampang Prapatan (Kelurahan Bangka), Kecamatan Pesanggarahan (Kelurahan Ulujami), Kecamatan Pasar Minggu (Kelurahan Cilandak Timur dan Pejatem Timur) serta Kecamatan Pancoran (Kelurahan Rajawati).

Selanjutnya pada wilayah Kota Jakarta Barat, banjir merendam pemukiman warga di Kecamatan Kebon Jeruk (Kelurahan Kedoya Utara), Kecamatan Cengkareng (Kelurahan Rawa Buaya), Kecamatan Kembangan (Kelurahan Joglo dan Kembangan Utara) serta Kecamatan Kalideres (Kelurahan Tegal Alur dan Kamal).

Sedangkan pada lokasi Kota Jakarta Timur, banjir merendam pemukiman warga di Kecamatan Kramat Jati (Kelurahan Cililitan, Cawang dan Balekambang) dan Kecamatan Jatinegara (Kelurahan Bidara Cina dan Kampung Melayu).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 111 rumah terendam banjir dengan tinggi muka air 30 sampai 50 sentimenter. Terdapat sembilan jiwa atau 2 KK yang mengungsi ke rumah kerabat dekat.

"BPBD DKI Jakarta melakukan peninjauan langsung ke lokasi dan memberikan bantuan logistik kepada warga terdampak banjir," jelas Abdul.

Menurut dia, BNPB dan BPBD DKI Jakarta terus berkoodinasi serta melakukan pendataan bersama instansi terkait dalam mendukung upaya penanganan banjir serta evakuasi kepada warga terdampak banjir.

 

 

BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Waspadai Hujan Disertai Petir

Abdul mengingatkan bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat dan petir di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada siang hingga sore hari untuk tanggal 16 dan 17 Juli 2022.

Selain itu, juga ada potensi hujan yang dapat disertai kilat dan petir di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada sore hingga malam hari untuk tanggal 18 Juli 2022.

Kajian inaRisk menunjukan bahwa wilayah DKI Jakarta memiliki potensi bahaya banjir pada tingkat sedang hingga tinggi yang berdampak pada masing-masing 10 kecamatan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur serta delapan kecamatan di Jakarta Barat.

Untuk itu, BNPB mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat waspada dan siap siaga menghadapi bahaya banjir. Warga dapat memantau prakiraan cuaca melalui laman BMKG serta memeriksa potensi risiko dan bahaya di wilayah tempat tinggal melalui InaRISK sebagai langkah kesiapsiagaan.

"Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui kondisi dan pembersihan sampah pada saluran air di kawasan pemukiman," tutur Abdul.

Pemerintah daerah diminta menginformasikan peringatan dini banjir melalui jaringan komunikasi kepada masyarakat apabila curah hujan telah mengguyur wilayah lebih dari satu jam dengan intensitas tinggi serta terpantau peningkatan debit air. Pemda juga diingatkan untuk mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman.

 

BMKG Beri Penjelasan Soal Hujan di Musim Kemarau

Indonesia pada bulan Juli 2022 ini masih masuk musim kemarau, namun wilayah Jabodetabek diguyur hujan sejak Jumat 15 Juli 2022 hingga saat ini. Akibatnya banjir melanda di banyak titik. BMKG pun memberikan penjelasan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, terjadinya hujan di Jabodetabek tersebut karena adanya fenomena La Nina. Sehingga BMKG memprediksi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih berpotensi mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia hingga satu pekan ke depan.

Enam+00:00VIDEO: Tekad Indonesia Jadi Anggota Tetap FATF untuk Anti Pencucian Uang, Apa Untungnya?"Fenomena La Nina pada bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah," ujar Guswanto, Sabtu (16/7/2022).

Karena itu, Guswanto mengingatkan wilayah Jabodetabek masih perlu mewaspadai potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang di pada siang-sore hari terutama di wilayah barat, timur, dan selatan.

Guswanto juga mengungkapkan, selain La Nina, fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat.

Sementara itu, dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan, yaitu MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

Dia menjelaskan, adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat, mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer.

"Meskipun saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun, karena adanya fenomena-fenomena atmosfer tersebut memicu terjadinya dinamika cuaca yang berdampak masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," ujar Guswanto memaparkan.

 

Infografis Musim Hujan Datang, La Nina Mengintai. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Musim Hujan Datang, La Nina Mengintai. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya