Harga Kedelai Masih Tinggi, Ini Momentum Tingkatkan Produksi Dalam Negeri

Ketua Umum APPSI Sudaryono, menyarankan pemerintah tidak hanya mengucurkan bantuan selisih harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2022, 00:20 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2022, 21:28 WIB
Pengusaha Tahu Tempe Mulai Kembali Produksi
Pekerja memproduksi tahu di kawasan Duren Tiga Raya, Jakarta, Kamis (24/2/2022). Produsen tahu tempe kembali berproduksi usai aksi mogok selama tiga hari karena harga kedelai yang naik hingga menyentuh Rp12.000 dari semula Rp9.500 per kg dalam beberapa bulan terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Harga kedelai impor masih menunjukkan tren kenaikan. Pemerintah pun memutuskan memperpanjang program subsidi kedelai bagi para perajin tahu dan tempe hingga akhir tahun.

Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sudaryono, menyarankan pemerintah tidak hanya mengucurkan bantuan selisih harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe.

Menurut Sudaryono, pemerintah juga harus memperhatikan para petani kedelai. Caranya dengan membuat program bantuan benih, pupuk, membeli hasil panen atau program lain yang bisa meringankan beban petani.

"Perhatian ini harus dimulai dari hulu, supaya semua bisa merasakan program dari pemerintah. Perhatian dari pemerintah juga akan membawa efek yang baik juga, jadi ini adalah momentum untuk tingkatkan produksi dalam negeri," kata Sudaryono dalam keterangannya, Jumat (14/10/2022).

Dengan perhatian dari pemerintah, kata Sudaryono, kedelai yang dihasilkan petani akan berlimpah. Pada akhirnya akan memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri dan bisa menekan terjadinya kenaikan harga.

"Kalau petaninya dibantu, tentu hasil panennya akan bagus dan melimpah. Kalau kedelai melimpah kan harga stabil, rakyat juga senang. Akhirnya roda perekonomian bisa berputar dengan biak. Jadi intinya pemerintah harus merencanakan rencana jangka panjang untuk menurunkan ketergantungan import kedelai menuju kemandirian," Tegas nya.

Menurut Sudaryono, upaya kemandirian pangan ini juga sebagai salah satu antisipasi pemerintah atas ancaman krisis pangan dunia. Untuk itu dia meminta pemerintah bisa segera melakukan hal itu.

"Pak Jokowi sudah berhasil dengan hilirisasi produk pertambangan dan mineral. Ini saatnya kondisi sulit mentriger action pemerintah untuk sesuatu yang lebih besar. Subsidi adalah solusi jangka pendek. Sementara mendorong petani untuk produksi kedelai adalah solusi jangka panjang nya," Jelas Sudaryono.

 

Pedagang Apresiasi Bantuan Pemerintah

 

Dalam kesempatan ini dia menyampaikan, para pedagang pasar memberikan apresisasi kepada pemerintah atas program bantuan pembelian selisih harga kedelai di tingkat perajin tahu tempe hingga akhir 2022.

"Dimana program atau bantuan ini sangat membantu produsen dan pedagang pasar. Dengan adanya bantuan ini, para produsen menjual tahu dan tempe dengan harga stabil," Imbuhnya.

Kata Sudaryono, sejumlah pedagang pasar mengaku sangat terbantu dengan program ini. Apalagi di tengah situasi yang tidak menentu. Di mana saat ini harga sejumlah kebutuhan pokok meroket akibat inflasi yang naik.

Kementerian Perdagangan mengamini harga kedelai pada Oktober 2022 masih meroket. Naiknnya harga kedelai diklaim pengaruh dari harga pada bulan sebelumnya.

Pada September 2022, harga kedelai naik menjadi Rp12.385 per kilogram. Sedangkan harga jual di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) pada September lebh tinggi, yaitu Rp 13.044. Kemudian harga beli kedelai per 4 Oktober sebesar Rp 12.575.

Jika subsidi selisih harga Rp 1000 telah disalurkan, harga kedelai akan kembali normal. Harga kedelai normal berada di kisaran Rp 11 ribu per kilogram.

Infografis Ragam Tanggapan Harga Kedelai dan Ancaman Mogok Perajin Tahu Tempe. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Harga Kedelai dan Ancaman Mogok Perajin Tahu Tempe. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya