Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi pada 22-28 Februari 2023, Ini Pemicunya

BMKG mengimbau warga mewaspadai potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Indonesia. Sejumlah wilayah berpotensi hujan lebat pada 22-24 Februari 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Feb 2023, 15:15 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2023, 15:10 WIB
Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan
BMKG prediksi potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan. Sejumlah wilayah berpotensi siaga dampak hujan lebat pada 23-24 Februari 2023.. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat diimbau waspada potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia selama sepekan ke depan. Imbas cuaca ekstrem itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan wilayah dengan potensi siaga dampak hujan lebat periode 22-24 Februari 2023.

Wilayah tersebut antara lain di sebagian wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Demikian dikutip dari Antara, Kamis (23/2/2023).

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menuturkan, potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya dipicu aktivitas Monsoon Asia yang menguat. Ia mengatakan, perkembangan kondisi cuaca di seluruh Indonesia saat ini menunjukkan signifikansi dinamika atmosfer yang berdampak pada potensi peningkatan cuarah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Selain itu, potensi cuaca ekstrem juga dipicu kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan hujan lebih intensif ke depan di antaranya aktivitas Monsoon Asia yang menguat.

Guswanto menambahkan, ada juga indikasi aktifinya serukan dingin dari Asia dan ada pusat tekanan rendah di Perairan Barat Australia dan pola sirkulasi angin yang terbentuk di sekitar wilayah Indonesia yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi).

"Kondisi itu dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan memaksimalkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Indonesia dalam beberapa hari ke depan,” ujar dia.

 

Potensi Awan Cumolonimbus

Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi Sepekan ke Depan
Tetesan air hujan yang ada di jendela kaca dengan latar belakang mendung menyelimuti langit Jakarta, Kamis (1/2). BMKG juga meminta warga mengantisipasi potensi angin berkecepatan tinggi. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Guwanto menambahkan ada potensi pertumbuhan awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksium antara 50-75 persen (OCNL/occasional) selama tujuh hari ke depan. Potensi pertumbuhan awan Cumulonimbus itu berpotensi terjadi di Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Pasifik Utara Pulau Papua.

Selanjutnya, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Bali, Laut Flores, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Timor, Samudera Hindia, sebagian Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Papua.

Sedangkan awan Cumolonimbus dengan persentase cakupan spasial lebih dari 75 persen (FRQ/Frequent) selama tujuh hari ke depan akan terjadi di Laut Filipina, Teluk Carpentaria, Samudera Hindia.

Selain itu, gelombang tinggi juga berpotensi terjadi wilayah perairan Indonesia pada 23-24 Februari 2023. Tinggi gelombang 2,5-4 meter berpotensi terjadi di Samura Hindia Selatan Jawa Timur hingga NTB, perairan Utara Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna. Sedangkan gelombang lebih tinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di Laut Natuna Utara.

Apa Itu Cuaca Ekstrem yang Diprediksi Terjadi pada 22-28 Februari 2023?

Aktivitas Warga di Tengah Ancaman Cuaca Ekstrem
Warga menyeberang jalan di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (28/12/2022). Walau sempat disebutkan ada potensi badai dahsyat yang melanda kawasan Jakarta–Bogor–Depok–Tangerang–Bekasi (Jabodetabek) pada hari ini, warga Jakarta terpantau masih banyak beraktivitas di luar ruangan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem akan melanda sebagian wilayah Indonesia pada 22-28 Februari 2023. Sehingga masyarakat diimbau waspada terjadinya bencana alam hidrometeorologi.

Sementara cuaca ekstrem merupakan suatu kondisi iklim yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang tidak biasa dan juga sangat jarang terjadi, khususnya fenomena iklim yang mempunyai potensi menimbulkan bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang menimbukan korban jiwa manusia.

Berdasarkan informasi yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kejadian fenomena cuaca ekstrem menjadi sangat sering sejak 30 tahun terakhir. Kejadian cuaca ekstrem tersebut terjadi di beberapa provinsi besar di Indonesia di antarnya adalah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.

Faktor pertama penyebab terjadinya cuaca ekstrem adalah karena aktifnya Monsun Asia di mana adanya angin yang berhembus secara periodik dari Benua Asia menuju Benua Australia yang melewati Indonesia.

 

Faktor Cuaca Ekstrem

Potensi Cuaca Ekstrem di Akhir Tahun, Pemprov DKI Kaji Penerapan WFH
Pejalan kaki menerjang hujan deras di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Jumat (9/12/2022). Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut pihaknya akan mengkaji penerapan bekerja dari rumah atau work from home (WFH), hal ini berkaitan dengan arahan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi tentang potensi cuaca ekstrem pada penghujung 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Indonesia yang berada di garis khatulistiwa yang berdampak oleh pergerakan angin ini. Angin periodik tersebut mengindikasikan musim hujan di Indonesia yang sedang berlangsung.

Apabila cuaca ekstrem sedang berlangsung di Indonesia, pola konvergensi dan perlambatan kecepatan angin akan terjadi di beberapa wilayah, oleh karena itu uap air yang menjadi awan hujan akan terkonsentrasi di suatu wilayah sehingga air yang turun intensitasnya tinggi. Hujan lebat dan dalam waktu lama dapat terjadi akibat konvergensi dan perlambatan tersebut.

Faktor yang terakhir yaitu suhu hangat permukaan laut di Indonesia dan sekitarnya yang memicu mudahnya air menguap dan terkumpul menjadi awan hujan yang menyebabkan pasokan uap air cukup tinggi yang mengakibatkan pembentukan awan hujan dan fenomena gelombang atmosfer.

Gelombang atmosfer ini dapat meningkatkan potensi udara basah di sejumlah wilayah di Indonesia yang menyebabkan hujan.

Fenomena yang dapat terjadi karena adanya cuaca ekstrem di Indonesia adalah hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang atau yang sering disebut badai guruh. Hujan lebat berpotensi menimbulkan banjir dan longsor dan puting beliung. Kejadian cuaca ekstrem pada musim penghujan yang paling banyak adalah angin puting beliung.

 

Infografis Tips Hadapi Cuaca Ekstrem agar Tetap Selamat. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tips Hadapi Cuaca Ekstrem agar Tetap Selamat. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya