Hadiri HUT MPR, Wapres Terkenang `Warisan` Taufiq Kiemas

Kenangan yang diwariskan mendiang mantan Ketua MPR Taufiq Kiemas adalah kerja keras dalam menyosialisasikan 4 pilar negara.

oleh Riski Adam diperbarui 29 Agu 2013, 18:41 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2013, 18:41 WIB
wapres-budiono-130608c.jpg
Wakil Presiden (Wapres) Boediono menghadiri undangan ke Gedung DPR untuk memberikan sambutan dan pidato kenegaraannya dalam perayaan HUT ke-68 DPR/MPR. Dalam pidatonya, isu utama yang dibahas Boediono adalah 4 pilar kebangsaan yang selama ini terus disosialisasikan oleh MPR dalam menjaga semangat dan nilai-nilai nasionalisme.

Boediono mengatakan, kenangan yang diwariskan almarhum mantan Ketua MPR Taufiq Kiemas adalah kerja keras dalam menyosialisasikan 4 pilar negara, sebagai upaya merawat dan menpertahankan keutuhan NKRI.

"Saya tentu mewakili pemerintah menyambut baik upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan MPR dalam menyosialisasikan 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya kepada generasi muda dan penurus bangsa. Di tangan-tangan merekalah kelanjutan eksistensi bangsa ke depannya," kata Boediono dalam sambutannya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/8/2013).

"Dalam kaitan ini, barang kali saya ingin sampaikan kenangan terhadap almarhum Taufiq Kiemas. Yang selama hidupnya memimpin MPR secara konsisten selalu mengingatkan dan mengajak kita semua untuk memperkuat komitmen kita terhadap 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara," terangnya.

Boediono menjelaskan, untuk mencapai konsensus bangsa dan menjaga landasan negara Indonesia melalui 4 pilar kebangsaan sangatlah sulit. Karena itu dia berharap seluruh lapisan masyarakat Indonesia harus bertekad menjaga nilai-nilai yang selama ini terus digelorakan oleh MPR, yakni 4 pilar kebangsaan.

"Dari sejarah kita sendiri dan akhir-akhir ini dari contoh berbagai negara, seperti yang terjadi di Timur Tengah saat ini. Dan di Afrika Utara, bahwa untuk mencapai konsensus nasional, itu tidaklah mudah," imbuhnya.

"Bahwa 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya untuk dihafal, bukan hanya dipahami saja. Tetapi juga untuk diyakini dan dilaksanakan," kata dia.

Dia mengatakan, pengertian makna dari 4 pilar, berbangsa dan bernegara sudah seharusnya tidak hanya diserap oleh otak saja, tetapi yang lebih penting diserap oleh hati.

"Janganlah 4 pilar ini hanya konteks abstrak, tetapi harus menjadi bagian dari perbuatan dalam kehidupan sehari-hari," harapnya.

Dengan demikian, Boediono meminta kepada semua pihak untuk mendalami makna dari 4 pilar kebangsaan ini, bukan hanya dalam konteks sekarang ini saja, tetapi dalam konteks sejarah.

"Sejarah ini akan memberikan makna pada kita lebih mendalam. Sehingga apa yang pernah disampaikan Bung Karno dulu itu betul. Jangan pernah lupa pada sejarah bangsa ini, dan sejarah apa pun itu," pungkas Boediono. (Frd/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya