Eks Kepala BIN: RI Juga Sadap Australia

"Saya pernah menyadap Australia dan mereka diam saja. Memang tugasnya intelijen nyadap diri sendiri, kawan, dan musuh."

oleh Eko Huda Setyawan diperbarui 21 Nov 2013, 08:58 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2013, 08:58 WIB
hendro-priyono130416b.jpg
Reaksi masyarakat atas penyadapan intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai berlebihan. Sebab, penyadapan sudah lumrah dilakukan dalam dunia intelijen antar negara.

"Fungsi intelijen itu ya mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan seakurat mungkin. Cara paling mudah ya menyadap," kata mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Kamis (21/11/20103).

Jadi, kata Hendropriyono, sebenarnya tidak ada soal dengan penyadapan. Menurut dia, hampir semua negara melakukan akktivitas intelijen seperti itu. Memang itu tugas intelijen. Tapi memang, akan jadi masalah jika penyadapan itu ketahuan.

"Ini fungsi intelijen, namanya copet ya harus nyopet, ketahuan ya apes. Tapi antar copet ada toleransi. Seperti orang bertinju, yang satu meninju yang lain menangkis. Habis tinju saling berangkulan, tapi penonton nggak perlu ikut naik ke ring tinju," tutur dia.

Sejatinya, tambah dia, intelijen Indonesia juga melakukan penyadapan. Dan Australia menjadi salah satu target penyadapan Indonesia. "Saya pernah menyadap Australia dan mereka diam saja. Memang tugasnya intelijen menyadap diri sendiri, kawan, dan musuh. Jadi, kalau terjadi 1.000 kali perang, 1.000 kali menang. Karena itu, penyadapan dilakukan di mana saja," ujar dia.

Karena itu, dia berharap masyarakat Indonesia tidak berlebihan dalam menanggapi penyadapan Australia. Dia berharap agar pemimpin Indonesia berfikir jernih dan memperhitungkan segala langkah yang diambil. "Jangan asal mengikuti emosi masyarakat yang belum tentu mengerti fungsi intelijen," kata Hendropriyono. (Eks/Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya