Siapa sangka salah satu peserta Konvensi Capres Partai Demokrat, Dino Patti Djalal, pernah menjadi tukang cuci piring. Hal itu dilakoninya saat bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, Amerika Serikat pada usia 14 tahun.
"Saya menjadi pencuci piring saat mengikuti ayah (Hasyim Djalal) ketika bertugas di KBRI dan menerima upah USD 10 per bulan," ungkap Dino dalam keterangan pers tertulisnya yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Saat remaja, Dino memang sudah menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam tersebut. Maklum, ayahnya kala itu adalah wakil duta besar. Namun itu tak membuatnya sungkan bekerja sambilan. Apalagi di AS, banyak remaja yang bekerja sambilan sembari sekolah.
Setelah beranjak dewasa, Dino bekerja sambilan sebagai pelatih tenis, koki di restoran, penjaga tiket bioskop, towel boy di tim basket, hingga asisten dosen. Gaji yang didapat umumnya setingkat minimum wage lebih sedikit dan tambahan penghasilan dari uang tip.
Akan tetapi, ia melakukan pekerjaan itu di luar waktu kuliahnya, sehingga tidak mengganggu pendidikannya. "Pekerjaan ini saya lakukan di sela-sela waktu perkuliahan. Jadi, tidak mengganggu aktivitas lain," jelas diplomat asal Sumatera Barat itu.
Dino mengaku tidak malu bekerja sebagai pencuci piring dan penjaga tiket bioskop. Yang terpenting baginya, bekerja keras, ikhlas, cerdas dan tuntas untuk mencapai tujuan dan sebagai wujud kemandirian. "Saya yakin, pemuda Indonesia lainnya juga berpikir demikian."
"Sehingga dapat melampaui prestasi generasi sebelumnya untuk menjadi pribadi yang unggul dan mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju," sambungnya.
Karena itu, Dino optimis, Indonesia akan menjadi negara maju dan unggul. Lantaran Indonesia telah meraup 103 medali emas, 86 medali perak, dan 129 medali perunggu dari berbagai ajang olimpiade sains di dunia, dalam kurun 20 tahun terakhir.
Ia juga mengajak generasi muda agar bangkit dan menggelorakan semangat kebangkitan untuk mengejar ketertinggalan dari negara lainnya di Asia. "Karena sebagai bangsa, kita harus optimis. Semua persoalan pasti ada jalan keluarnya, kalau kita punya kemauan," tandas Dino. (Ali/Rmn)
[Baca juga: Dino Patti Djalal Dianggap Lebih Nasionalis Ketimbang Jokowi?]
"Saya menjadi pencuci piring saat mengikuti ayah (Hasyim Djalal) ketika bertugas di KBRI dan menerima upah USD 10 per bulan," ungkap Dino dalam keterangan pers tertulisnya yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Saat remaja, Dino memang sudah menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam tersebut. Maklum, ayahnya kala itu adalah wakil duta besar. Namun itu tak membuatnya sungkan bekerja sambilan. Apalagi di AS, banyak remaja yang bekerja sambilan sembari sekolah.
Setelah beranjak dewasa, Dino bekerja sambilan sebagai pelatih tenis, koki di restoran, penjaga tiket bioskop, towel boy di tim basket, hingga asisten dosen. Gaji yang didapat umumnya setingkat minimum wage lebih sedikit dan tambahan penghasilan dari uang tip.
Akan tetapi, ia melakukan pekerjaan itu di luar waktu kuliahnya, sehingga tidak mengganggu pendidikannya. "Pekerjaan ini saya lakukan di sela-sela waktu perkuliahan. Jadi, tidak mengganggu aktivitas lain," jelas diplomat asal Sumatera Barat itu.
Dino mengaku tidak malu bekerja sebagai pencuci piring dan penjaga tiket bioskop. Yang terpenting baginya, bekerja keras, ikhlas, cerdas dan tuntas untuk mencapai tujuan dan sebagai wujud kemandirian. "Saya yakin, pemuda Indonesia lainnya juga berpikir demikian."
"Sehingga dapat melampaui prestasi generasi sebelumnya untuk menjadi pribadi yang unggul dan mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju," sambungnya.
Karena itu, Dino optimis, Indonesia akan menjadi negara maju dan unggul. Lantaran Indonesia telah meraup 103 medali emas, 86 medali perak, dan 129 medali perunggu dari berbagai ajang olimpiade sains di dunia, dalam kurun 20 tahun terakhir.
Ia juga mengajak generasi muda agar bangkit dan menggelorakan semangat kebangkitan untuk mengejar ketertinggalan dari negara lainnya di Asia. "Karena sebagai bangsa, kita harus optimis. Semua persoalan pasti ada jalan keluarnya, kalau kita punya kemauan," tandas Dino. (Ali/Rmn)
[Baca juga: Dino Patti Djalal Dianggap Lebih Nasionalis Ketimbang Jokowi?]