Abu vulkanik hasil letusan Gunung Kelud membuat 6 bandara di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhenti beroperasi. Kementerian Perhubungan tak tahu kapan bandara-bandara tersebut akan beroperasi kembali.
"Maskapai harus melakukan pembersihan pesawat dan bandara yang terkena debu, yang tertutup debu harus dibersihkan," terang Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kemenhub, Bambang S Ervans, di Gedung Kemenhub, Jakarta, Jumat (14/2/2014).
Pihak Kemenhub, lanjut Bambang, menyerahkan pengoperasian kembali bandara langsung pada pengelolanya. Hal itu mengingat status Waspada di Gunung Kelud -- yang berarti, dapat saja sewaktu-waktu gunung tersebut kembali 'batuk'.
"Penutupan tidak bisa menyatakan sampai kapan bergantung aktivitas Gunung Kelud, kembali kita tunggu saja pengumuman operasikan bandara sesuai standarnya," paparnya.
Bambang memberi contoh, betapa parahnya abu yang menghalangi jarak pandang dan menganggu aktivitas di bandara. "Jarak pandang di Malang masih 6.000 meter, karena pengaruh debu pengelola bandara minta izin tutup bandara," pungkasnya.
Sejauh ini, ada 6 bandara yang ditutup yakni Bandara Juanda Surabaya, Bandara Adisumarmo Solo, Bandara Adisucipto Yogyakarta, Bandara Abdurahman Saleh Malang, Bandara Ahmad Yani di Semarang, dan Bandara Tunggul Wulung di Cilacap.
Bahaya Abu Vulkanik
Mengapa abu vulkanik sampai membuat bandara ditutup dan penerbangan dibatalkan? Meski berupa partikel kecil, jangan pernah remehkan abu letusan gunung berapi.
Abu vulkanik yang mencapai ketinggian penerbangan sangat membahayakan pesawat. Bisa mengganggu bekerjanya mesin pesawat. Dalam 30 tahun belakangan tercatat terjadi lebih dari 60 kasus kerusakan mesin pesawat akibat abu vulkanik.
Kasus kerusakan mesin pesawat di Indonesia pernah terjadi saat peristiwa letusan Gunung Galunggung beberapa tahun lalu. Ketika itu pesawat maskapai penerbangan British Airways terpaksa mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Sedang di luar negeri, ada kasus pesawat rusak akibat dampak meletusnya Gunung Pinatubo di Filipina.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut, abu vulkanik bisa mengganggu kinerja mesin, yang bisa berujung pada gagal mesin. "Mengurangi efisiensi pencampuran bahan bakar dan membatasi udara yang melewati mesin," demikian Liputan6.com kutip dari situs USGS.
Abu juga mengikis bagian-bagian mesin, termasuk kompresor dan pisau turbin, yang mengurangi efisiensi mesin yang bergerak.
Tak hanya itu, abu juga merusak eksterior pesawat. Sebab, sifatnya abrasif. "Setiap permukaan pesawat yang menghadap ke depan kemungkinan akan rusak, termasuk kokpit dan jendela kabin depan," kata USGS.
Jendela kokpit yang terkelupas bisa membuat pilot kesulitan melihat landasan pacu untuk mendaratkan pesawat. Akibatnya bisa fatal.
USGS juga mengatakan, abu vukanik juga berpotensi merusak interior pesawat. "Abu bisa menyumbat filter udara dan menyebar ke seluruh kabin."
Akibatnya, abu bisa mengotori dan merusak perlengkapan kabin: karpet, sarung jok, dan bantal. Juga dapat merusak sistem elektronik pesawat, termasuk pembangkit listrik dan instrumen navigasi. Yang lebih parah, membuat semua penumpang sesak napas. (Ein/Riz)
Baca juga:
Gunung Kelud Meletus, 2 Orang Tewas dan 18 Hilang di Malang
Surono: Tanda Alam, Harimau Turun Sebelum Kelud Meletus
Gunung Kelud Meletus, 100.248 Jiwa Mengungsi
"Maskapai harus melakukan pembersihan pesawat dan bandara yang terkena debu, yang tertutup debu harus dibersihkan," terang Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kemenhub, Bambang S Ervans, di Gedung Kemenhub, Jakarta, Jumat (14/2/2014).
Pihak Kemenhub, lanjut Bambang, menyerahkan pengoperasian kembali bandara langsung pada pengelolanya. Hal itu mengingat status Waspada di Gunung Kelud -- yang berarti, dapat saja sewaktu-waktu gunung tersebut kembali 'batuk'.
"Penutupan tidak bisa menyatakan sampai kapan bergantung aktivitas Gunung Kelud, kembali kita tunggu saja pengumuman operasikan bandara sesuai standarnya," paparnya.
Bambang memberi contoh, betapa parahnya abu yang menghalangi jarak pandang dan menganggu aktivitas di bandara. "Jarak pandang di Malang masih 6.000 meter, karena pengaruh debu pengelola bandara minta izin tutup bandara," pungkasnya.
Sejauh ini, ada 6 bandara yang ditutup yakni Bandara Juanda Surabaya, Bandara Adisumarmo Solo, Bandara Adisucipto Yogyakarta, Bandara Abdurahman Saleh Malang, Bandara Ahmad Yani di Semarang, dan Bandara Tunggul Wulung di Cilacap.
Bahaya Abu Vulkanik
Mengapa abu vulkanik sampai membuat bandara ditutup dan penerbangan dibatalkan? Meski berupa partikel kecil, jangan pernah remehkan abu letusan gunung berapi.
Abu vulkanik yang mencapai ketinggian penerbangan sangat membahayakan pesawat. Bisa mengganggu bekerjanya mesin pesawat. Dalam 30 tahun belakangan tercatat terjadi lebih dari 60 kasus kerusakan mesin pesawat akibat abu vulkanik.
Kasus kerusakan mesin pesawat di Indonesia pernah terjadi saat peristiwa letusan Gunung Galunggung beberapa tahun lalu. Ketika itu pesawat maskapai penerbangan British Airways terpaksa mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Sedang di luar negeri, ada kasus pesawat rusak akibat dampak meletusnya Gunung Pinatubo di Filipina.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut, abu vulkanik bisa mengganggu kinerja mesin, yang bisa berujung pada gagal mesin. "Mengurangi efisiensi pencampuran bahan bakar dan membatasi udara yang melewati mesin," demikian Liputan6.com kutip dari situs USGS.
Abu juga mengikis bagian-bagian mesin, termasuk kompresor dan pisau turbin, yang mengurangi efisiensi mesin yang bergerak.
Tak hanya itu, abu juga merusak eksterior pesawat. Sebab, sifatnya abrasif. "Setiap permukaan pesawat yang menghadap ke depan kemungkinan akan rusak, termasuk kokpit dan jendela kabin depan," kata USGS.
Jendela kokpit yang terkelupas bisa membuat pilot kesulitan melihat landasan pacu untuk mendaratkan pesawat. Akibatnya bisa fatal.
USGS juga mengatakan, abu vukanik juga berpotensi merusak interior pesawat. "Abu bisa menyumbat filter udara dan menyebar ke seluruh kabin."
Akibatnya, abu bisa mengotori dan merusak perlengkapan kabin: karpet, sarung jok, dan bantal. Juga dapat merusak sistem elektronik pesawat, termasuk pembangkit listrik dan instrumen navigasi. Yang lebih parah, membuat semua penumpang sesak napas. (Ein/Riz)
Baca juga:
Gunung Kelud Meletus, 2 Orang Tewas dan 18 Hilang di Malang
Surono: Tanda Alam, Harimau Turun Sebelum Kelud Meletus
Gunung Kelud Meletus, 100.248 Jiwa Mengungsi