Liputan6.com, Jakarta: Siapa pun tak bisa memprediksi bencana alam dan kerusuhan. Begitu juga dengan Palang Merah Indonesia. Karena itu masalah yang kerap menyelimuti lembaga kemanusiaan itu adalah ada jurang antara kebutuhan dan kemampuan. "Ada gap antara kebutuhan dan kemampuan sumber daya manusia," tegas Ketua PMI Marie Muhammad ketika berdialog dengan Rosianna Silalahi di Studio SCTV Jakarta, Senin (26/2) siang.
Marie mengatakan, menangani kerusuhan relatif lebih sulit dibanding bencana alam. Sebab, PMI mesti berkejaran dengan waktu. Dia menegaskan, pada saat kerusuhan, PMI bertekad membantu sebisa mungkin. Tapi, yang menjadi kapten tetaplah pemerintah daerah setempat. Pemda juga harus terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Memang, masih banyak yang meragukan kenetralan PMI. Apalagi selama ini, PMI cenderung disejajarkan dengan organisasi plat merah milik pemerintah. Tapi, Marie menjamin PMI sekarang bekerja lebih netral. Buktinya, PMI bisa diterima di daerah konflik seperti di Aceh, Maluku, dan Timor Timur. Dia menambahkan, saat ini, prioritas PMI adalah membantu para pengungsi di Kalimantan Tengah, Aceh, Maluku, dan Timtim.(TNA)
Marie mengatakan, menangani kerusuhan relatif lebih sulit dibanding bencana alam. Sebab, PMI mesti berkejaran dengan waktu. Dia menegaskan, pada saat kerusuhan, PMI bertekad membantu sebisa mungkin. Tapi, yang menjadi kapten tetaplah pemerintah daerah setempat. Pemda juga harus terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Memang, masih banyak yang meragukan kenetralan PMI. Apalagi selama ini, PMI cenderung disejajarkan dengan organisasi plat merah milik pemerintah. Tapi, Marie menjamin PMI sekarang bekerja lebih netral. Buktinya, PMI bisa diterima di daerah konflik seperti di Aceh, Maluku, dan Timor Timur. Dia menambahkan, saat ini, prioritas PMI adalah membantu para pengungsi di Kalimantan Tengah, Aceh, Maluku, dan Timtim.(TNA)