Liputan6.com, Williston - Tesla adalah salah satu pabrikan otomotif dunia yang telah meluncurkan fitur Autopilot. Dengan fitur ini, mobil bisa berjalan dengan sendirinya, menghindar dan bergerak sesuai pindaian dari sensor.
Elon Musk, sang CEO, pernah berkata fitur ini bisa menekan kecelakaan hingga 50 persen. Tapi klaim ini runtuh begitu saja setelah diberitakan seorang pemilik Tesla Model S meninggal dunia saat kecelakaan, ketika mobil ada dalam fitur Autopilot.
Seperti dilaporkan New York Times, pengendara naas tersebut adalah pria berusia 40 tahun bernama Joshoa Brown asal Ohio, Amerika Serikat (AS). Ini adalah kecelakaan fatal pertama yang melibatkan mobil berfitur otonomos.
Baca Juga
Advertisement
Dijelaskan, pada 7 Mei lalu, Brown berkendara di Williston, Florida. Sayang, mobil mengalami kegagalan dalam mengoperasikan rem otomatis sehingga tertabrak truk. Menurut pemerintah lokal, tidak aktifnya rem disebabkan karena sensor mobil gagal membedakan antara truk berwarna putih dengan langit yang saat itu sedang cerah.
Laporan awal National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) juga menyimpulkan hal yang sama. Namun mereka akan mengevaluasi lebih jauh fitur Autopilot Tesla.
Menanggapi hal ini Tesla tidak diam saja. Melalui laman resminya, mereka mengatakan bahwa sistem Autopilot masih dalam tahapan `beta`. Itu artinya, masih dalam tahap pengembangan, dan masih jauh dari sempurna.
Lagipula, tambah Tesla, dengan mengaktifkan fitur ini pengemudi bukan berarti tinggal duduk saja sebagaimana bayangan saat mengendarai mobil otonomos di masa depan. Pengemudi harus tetap awas, karena fitur ini pada dasarnya hanya untuk asistensi.
Mereka juga membandingkan kecelakaan ini dengan kecelakaan lain. Kecelakaan fatal ini adalah yang pertama setelah mobil-mobil Tesla berhasil menempuh lebih dari 130 juta mil. Padahal di AS, kecelakaan fatal rata-rata terjadi lebih cepat, yaitu tiap 94 juta mil. Di dunia bahkan kecelakaan terjadi setiap 60 juta mil sekali.