Liputan6.com, Jakarta - Tidak bisa dipungkiri, industri otomotif Indonesia saat ini masih tertinggal dari Thailand. Oleh karena itu Indonesia perlu mengembangkan sumber daya manusia (SDM) guna meningkatkan pertumbuhan industri otomotif nasional.
Sebagai wadah meningkatkan industri, Institut Otomotif Indonesia (IOI) bersama Kemenprin melakukan studi banding dengan Thailand dan Malaysia. Tujuannya untuk mencari masukkan bagi upaya pengembangan SDM. Dalam studi banding ini, Kemenprin dan IOI menggandeng Thailand Institute Automotive.
"Pada era perdagangan bebas, peningkatan SDM sangat penting agar kita mampu bersaing secara global. Karena itu, pengembangan SDM otomotif akan melibatkan Institut Otomotif Indonesia (IOI) dengan Kemenperin," terang Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Mujiyono dalam keterangan resminya.
Menurut Mujiono, Kemenprin telah memiliki lembaga yang siap untuk mencetak SDM yang berkualitas khususnya di bidang otomotif. "Langkah IOI menjajaki kerjasama dengan lembaga terkait di beberapa negara, seperti dengan TAI merupakan upaya yang sangat positif untuk memadukannya," tambahnya.
Sementara itu, Presiden IOI I Made Dana Tangkas menilai, industri otomotif Indonesia harus belajar dari Thailand. Pengembangan SDM otomotif di Thailand sudah dimulai sejak 1998.
Baca Juga
"Keberadaan IOI memang masih baru. Karena itu, kami ingin belajar dari Thailand Automotive Institute dalam pengembangan industri otomotif Thailand, termasuk dalam pengembangan SDM yang andal," ujarnya.
Melalui studi banding ini, IOI ingin mengetahui hubungan Thailand Automotive Institute (TAI) dengan industri kendaraan bermotornya atau Thailand Automotive Industry Associations (TAIA) serta hubungannya dengan pemerintah.
"Hubungan baik kedua organisasi itu membuat industri otomotif Thailand sangat maju. Jika Indonesia mau lebih maju dari Thailand, maka harus lebih baik dalam membuat kebijakan. Apalagi saat ini Indonesia sudah menjadi pusat produksi otomotif beberapa produsen terkenal," Made memaparkan.
Peta jalan
Hasil kunjungan IOI ke Thailand akan dijadikan bahan menyusun roadmap (peta jalan) pengembangan industri otomotif. IOI akan menganalisa dan dalam tiga tahun akan melakukan apa saja.
Dalam studi banding tersebut, Presiden TAI Vichai Jirathiyut menyebutkan, pihaknya terus menjaga netralitas antara pemerintah dan swasta. Meski saat berdiri pada 1998, TAI diinisasi pemerintah, namun organisasi mempunyai independensi.
"Singkatnya, kami membantu swasta melebarkan sayap industri yang berarti memperkuat perekonomian Thailand di samping menjaga kepentingan nasional dengan mempermudah pengurusan investasi, mempromosikan Thailand sebagai basis produksi, serta menyusun masukan bagi pemerintah," katanya.
Bahkan, dalam menjaga kepentingan nasional seperti efisiensi energi dan merawat lingkungan hidup, Thailand Institute Automotive mempunyai kuasa melakukan uji tes emisi. Bahkan saat ini Thailand Institute Automotive sudah memiliki fasilitas uji emisi rendah, seperti mobil hybrid, mobil berbasis baterai, dan mobil listrik.
Dari sisi kemudahan izin investasi, Thailand Institute Automotive sukses membuat kebijakan insentif bagi industri. Lahan bagi investasi asing langsung bisa digratiskan dan diberikan insentif bebas pajak hingga jangka waktu 12 tahun.
Thailand Institute Automotive juga aktif merancang infrastruktur industri bagi Thailand, sehingga pembangunan jalan, pelabuhan, serta segala infrastruktur yang mampu menekan biaya logistik bisa direalisasikan segera oleh pemerintah.
"Thailand sebagai negara kondusif untuk investasi, sehingga kami berperan dengan menghubungkan antara korporasi global dengan lokal, kami berperan agar ada kemitraan,” tutur Vichai.
Sebagai informasi, sebelum melakukan kunjungan ke Thailand, delegasi IOI dan Pusdiklat Kemenprin telah bertemu dengan tiga instansi otomotif Malaysia, yakni Malaysia Automotive Association (MAA), Malaysia Automotive Component Parts Manufacturers Association (MACPMA), dan Malaysia Automotive Institute (MAI).
Advertisement