Cara Toyota Sinergikan Dunia Industri dan Pendidikan

Dunia industri tak terbuka terhadap lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan vokasi.

oleh Rio Apinino diperbarui 25 Agu 2016, 16:59 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 16:59 WIB
20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Pekerja saat mengelas komponen mobil di pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Untuk The All New Fortuner sendiri, kandungan lokal produk mencapai 75%. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Karawang - Keputusan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) untuk membuat lembaga pendidikan formal bernama Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI) diapresiasi. Lembaga ini disebut jadi solusi atas kurangnya integrasi antara dunia industri dan pendidikan.

Abdul Hakim Halim, Koordinator Kopertis Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah IV Jawa Barat, mengatakan bahwa selama ini ada tidak ada sinergi antara dua dunia tersebut. Misalnya, dunia industri tak terbuka terhadap lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan vokasi.

"Orang industri bilang pendidikan tidak siap pakai. Sementara orang pendidikan bilang bagaimana mau siap pakai kalau magang saja dilarang," ujar Abdul Hakim, di AKTI, Karawang, Jawa Barat, Kamis (25/8/2016).

Kurang harmonis 

Menurutnya, akar masalah ketidakharmonisan ini terletak pada persoalan komunikasi. Dan soal ini kemudian diantisipasi oleh Toyota dengan AKTI-nya. Pasalnya, AKTI merancang kurikulum yang berangkat dari kebutuhan industri, serta menggunakan fasilitas praktik yang juga digunakan Toyota di pabrik.

"Toyota membuka ini (AKTI) bagus sekali. Harus didukung. Dan mungkin nanti yang lain (pabrikan lain) juga harus didukung. Harus jadi kebijakan pemerintah untuk mensinergikan pendidikan dan industri," tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Bob Azam, Direktur Administrasi PT TMMIN, juga mengkonfirmasi bahwa didirikannya akademi ini memang untuk mensinergikan antara industri dan pendidikan. Pasalnya, selama ini yang dilakukan adalah pendidikan informal dari pekerja lama ke pekerja baru, di samping pelatihan internal.

"Masalahnya kalau transfer informasi seperti itu, seniornya kasih ilmu yang salah, ya akan salah terus," terangnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya