Liputan6.com, Jakarta - Tren kendaraan listrik yang terus berkembang memaksa Volvo berencana untuk berhenti mengembangkan mobil bermesin Diesel. Hal itu pun telah disampaikan Chief Executive Volvo, Hakan Samuelsson, pada Maret tahun lalu.
Seperti diberitakan Autoevolution, apakah dengan munculnya All-New S60 menjadi tanda berhentinya Volvo dengan mesin diesel?
"Masa depan Volvo adalah listrik dan kami tidak akan mengembangkan generasi mesin Diesel. Kami akan menghentikan mobil dengan mesin pembakaran, sebagai transisi kami akan menggunkan versi bensin-hybrid, selama kami beralih menggunakan full listrik," jelas Hakan Samuelsson.
Advertisement
Pada 2019 mendatang, semua line-up Volvo akan hadir dengan mild-hybrid, plug-in hybrid, atau baterai listrik. Berdasarkan German Publication Frankfurter Allgemeine Zeitung, penghentian mesin dengan kompresi pengapian paling lambat tahun 2023.
Untuk mild-hybrid akan hadir di Eropa dan Amerika Serikat. Ke depannya, Volvo berharap kendaraan listriknya bisa mendominasi penjualan global hingga 50 persen pada 2025.
Sumber: Otosia.com
Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:
Volvo Sebut Mobil Produksi Cina Lebih Bagus Dibanding Eropa
Seperti diketahui, Volvo saat ini dimiliki oleh perusahaan asal Cina, Geely. Pabrikan asal Swedia tersebut bahkan banyak memproduksi kendaraannya di Negeri Tirai Bambu, selain di negara lain.
Melansir Autoevolution, Senin (14/5/2018), Wakil Presiden Desain Volvo, Robin Page mengatakan bahwa kendaraan yang diproduksi di Cina memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada di Eropa.
Namun, di sisi lain, apakah itu juga berarti XC40 yang diproduksi di Belgia diproduksi dengan kualitas lebih rendah dari buatan Cina?
Kemungkinan besar memang tidak, karena kata dan sudut pandang pada kualitas mobil sebaiknya diserahkan kepada Department Public Relation (PR), bukan desainer mobil.
Namun, hal tersebut juga bisa ditemukan karena Cina memiliki lebih banyak orang di dalamnya. Lebih sedikit otomatisasi yang sebenarnya memberi Anda kemampuan untuk memberi aturan lebih ketat pada saat pengecekan mobil setelah diproduksi.
Hal tersebut memang merujuk pada kontrol kualitas yang ketat, yang diminta oleh produsen mobil Eropa di pabrik Cina.
Dengan produk yang dibuat di Cina, biaya tenaga kerja lebih rendah daripada di Eropa, yang berarti ada lebih banyak uang untuk dibelanjakan untuk memastikan standar kualitas yang tinggi di jalur perakitan.
Advertisement