Liputan6.com, Jakarta - Selain Honda Beat dan Vario, produk terlaris yang ditawarkan PT Astra Honda Motor di Indonesia adalah Scoopy. Jika melihat data yang ada, wholesales (penjualan pabrik ke dealer) untuk model skuter matik ini mencapai 387.464 unit selama Januari-Juni 2018.
Angka tersebut tergolong tinggi, bahkan penjualan Honda Scoopy bisa sekitar 65 ribu sampai 70 ribu unit per bulan.
Menurut Senior Manager Product Management Department PT Astra Honda Motor, Harsanindhitya Bagus, ada alasan Honda Scoopy disukai konsumen di Tanah Air.
Advertisement
Baca Juga
“Pertama tentunya itu karena skuter. Skuter itu fungsinya menawarkan dua hal verticality dan functionality,” ujar Harsanindhitya saat ditemui di acara Honda Dream Ride Project 2018 di Sleman, Yogyakarta, Senin (23/7/2018).
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Didit itu menyatakan, alasan lain Honda Scoopy cukup diminati konsumen lantaran desain bergaya retro klasik.
Selain itu, meski dianggap klasik dan retro, namun functionality Scoopy masih bisa diandalkan.
“Orang masih bisa dapatin functionality Vario di dalam Scoopy atau Beat sebagai daily-nya dia dapat, tapi tampilan desainnya masih punya satu perasaan kepada consumen,” katanya.
Meski bergaya klasik dan retro, Didit tak menampik, sejak pertama kali diluncurkan di Indonesia, penjualanya Honda Scoopy tak banyak. Namun kini, penjualan Scoopy bisa dilihat sendiri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kampanye Nyeleneh Honda Scoopy di Thailand, Seperti Apa?
"Motor dijadikan simbol yang mengartikan tidak penting siapa Anda, kami siap menjadi teman yang membawa ke tujuan. Layaknya Honda Scoopy-i yang warna-warni, merefleksikan identitas siapa saja, memuaskan kebutuhan setiap generasi masa kini," tulis Honda dalam rilis resmi AP Honda Thailand.
Pembahasan terkait LGBT sendiri memang cukup lumrah di Thailand. Bahkan, negara tersebut memiliki Miss Tiffany's Universe sebagai ajang pemilihan waria tercantik.
Tidak hanya itu, di beberapa tempat di Thailand juga tersedia toilet khusus yang memang diperuntukan untuk kaum transgender. Jadi, kampanye tersebut memang tidak akan menjadi masalah di kemudian hari, dan berbeda dengan negara yang masyarakatnya masih sangat cukup menentang kehadiran kaum LGBT seperti di Indonesia.
Advertisement