Etanol Jadi Solusi Tepat Sebelum Era Mobil Listrik

Kendaraan listrik, menurut Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, memang menjadi tujuan masa depan. Keberadaannya dapat menekan penggunaan bahan bakar fosil, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih bersih.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jul 2019, 10:05 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2019, 10:05 WIB
Prototipe mobil Nissan berteknologi fuel cell.
Nissan Motor memperkenalkan prototipe mobil pertama di dunia berteknologi fuel cell yang memanfaatkan etanol di Brasil (Foto: hybridcars.com).

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum memasuki era mobil listrik, Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) menilai ada energi alternatif yang dapat digunakan selain listrik, yakni bahan bakar etanol.

Kendaraan listrik, menurut Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, memang menjadi tujuan masa depan. Keberadaannya dapat menekan penggunaan bahan bakar fosil, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Namun, melihat kondisi Indonesia saat ini, pengaplikasiannya membutuhkan banyak persiapan. Mulai dari kesiapan infrastruktur hingga penerimaan masyarakat.

“Kami pada prinsipnya menunggu. Itu kan tujuannya untuk memberikan alternatif. Sebagai negara kesatuan kita ingin menekan pemakaian fossil fuel. Salah satu alternatifnya adalah electric vehicle. Listrik itu memang masa depan, tapi harus dilihat secara keseluruhan, infrastrukturnya bagaimana,” ucap Kukuh saat GIIAS Talk x Blibli di Antasari, Jakarta Selatan, Sabtu (29/06).

Biofuel yang berasal dari tanaman paling memungkinan, bahkan memiliki banyak benefit. Etanol bukanlah barang baru, menurut Kukuh, hanya dibutuhkan pengembangan, agar dapat digunakan dengan baik di kendaraan.

“Yang ingin kami tekankan, alternatif yang tersedia saat ini adalah biofuel. Tahun lalu pemerintah sudah melakukan mandatory B20, kenapa tidak etanol. Padahal 15 atau 20 tahun lalu sudah ada. Tinggal dikembangkan. Yang menarik kalau dikembangkan E10, E15 kalau perlu sampai E100, tinggal dipetakan,” terangnya.

 

Spesifikasi Mesin Tak Berubah

Pemanfaatan etanol, tak membutuhkan pengubahan teknis internal combustion engine (ICE) atau mesin konvensional kendaraan. Kendati perlu adanya upaya untuk membuatnya lebih ramah lingkungan, terutama pada masalah emisi yang standarnya semakin ketat. Namun, hal ini bukan tidak bisa diatasi.

“Bukan berarti tidak menekan emisi. Bagaimana bisa mendapatkan bahan bakar yang terbarukan, tapi juga memenuhi persyaratan penekanan emisi gas buang,” jelasnya.

Etanol juga dinilai punya manfaat dari segi ekonomi. Harga di pasarannya bisa ditekan. Pasalnya, pengolahan bisa dilakukan di tiap-tiap daerah yang memiliki bahan baku. Artinya tak perlu biaya pengiriman yang mahal. Pendistribusiannya pun menjadi lebih cepat.

 

Petani Lokal Diuntungkan

Di sisi lain, petani lokal turut diuntungkan. Mereka dapat diberdayakan untuk menyiapkan bahan baku etanol. Maka terciptalah sebuah peluang pekerjaan yang lebih banyak lagi.

“Jawa Timur, misalnya, berpotensi produksi etanol banyak, Jawa Tengah juga, tapi sumbernya beda. Kalau Jatim mungkin pakai tebu, Jateng pakai Jagung. Di masing-masing provinsi itu punya potensi etanol atau biofuel. Artinya apa, kita bisa menekan biaya produksi, tidak perlu logistik. Tidak perlu, misalnya, bawa dari kilang Balongan ke Jatim,” terangnya.

Sumber: Oto.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya