Liputan6.com, Jakarta - Kabar Harley-Davidson mempersiapkan motor dengan harga terjangkau sudah beredar sejak 2018 lalu. Langkah tersebut dinilai untuk memperkuat posisinya di Asia.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, mereka bekerja sama dengan pabrikan asal China, Qianjang Motorcycle. Rumornya, motor murah Harley-Davidson ini juga menggunakan salah satu produk dari perusahaan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Isu yang paling santer terdengar ialah berbasis Benelli 302S. Artinya, motor murah Harley-Davidson ini tidak akan mengusung mesin berkonfigurasi V-Twin, melainkan 2 silinder inline.
Beberapa penggemar Harley-Davidson pun tak ingin karakteristik mesin 2-silinder V-Twin digantikan dengan konfigurasi inline. Selain itu, hal ini juga bisa menjadi nilai jual tersendiri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Spesifikasi
Sementara itu, sektor kaki-kakinya akan persis dengan Benelli 302S. Bagian depannya dihuni suspensi upside-down, sedangkan bagian belakang ditopang monoshock swingarm.
Sebenarnya, motor murah bernama Harley-Davidson HD338 ini dijadwalkan melakoni debutnya di China pada Juni 2020 lalu. Namun, lantaran pandemi COVID-19, peluncurannya terpaksa ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Sumber: Otosia.com
Advertisement
Harley-Davidson PHK Ratusan Karyawan
Dalam pernyataan resminya, Harley-Davidson akan memangkas 140 pekerja di Amerika Serikat. Hal ini dilakukan karena volume produksi kendaraan menurun di tengah Pandemi Corona Covid-19.
Seperti dilansir Reuters, dari 140 pekerja yang terkena PHK, 90 pekerja berada di fasilitas produksi York, Pennsylvania dan 50 pekerja lain berada di Wisconsin.
Selama lima tahun terakhir, penjualan Harley-Davidson menurun tajam di Amerika Serikat yang merupakan pasar terbesarnya. Pandemi yang terjadi saat ini membuat penjualan kendaraan ritel semakin anjlok.
"Sebagai bisnis normal, Harley-Davidson secara teratur menyesuaikan rencana produksinya dan secara tepat mengukur tenaga kerjanya," kata perwakilan perusahaan dalam sebuah pernyataan.
Produksi Harley-Davidson di York dan Tomahawk kembali dilakukan bulan lalu setelah wabah virus di Amerika Serikat membuat perusahaan menunda operasi sejak pertengahan Maret.