Liputan6.com, Jakarta - Mobil terbang bukan sekadar impian lagi, transportasi bebas macet ini semakin mendekati kenyataan. Pengujiannya pun sudah dilakukan, contohnya SkyDrive dari Jepang yang menggelar pengetesan mobil terbang SD-03.
Dilakukan di area uji seluas 10 ribu meter persegi milik Toyota, prototipe memiliki bentuk bak drone masif. Namun mampu menampung satu orang. Tubuhnya punya ukuran mirip-mirip kendaraan roda empat konvensional. Walau lebih lebar, detailnya: 4 x 3,5 x 1,5 meter (PxLxT). Tunggangan yang disebut pabrikan sebagai eVTOL (electric vertical takeoff and landing) dapat melayang beberapa meter selama empat menit.
Advertisement
Untuk menerbangkan, eVTOL SkyDrive dipersenjatai delapan propeler yang terpasang di empat titik. Semuanya ditenagai motor elektrik. Ya, tak seperti pesawat konvensional yang memanfaatkan avtur, prototipe dilengkapi baterai, layaknya kendaraan elektrifikasi.
Presiden SkyDrive, Tomohiro Fukuzawa mengungkapkan, sebagai tahap awal pengujian ini sukses. Walau memang diakui masih jauh dari kata siap dipasarkan. Dikatakannya unit sementara ini baru bisa melayang selama 5 sampai 10 menit. Namun, Fukuzawa optimis bisa merilisnya pada 2023 dengan kemampuan lebih mumpuni. Punya kecepatan mencapai 100 kpj dan dapat bertualang puluhan kilometer. Serta dapat mengangkut dua orang.
“Dari ratusan proyek mobil terbang di seluruh dunia, hanya beberapa yang sukses bekerja baik dengan orang di dalamnya. Saya berharap banyak orang mau mengendarainya dan merasa aman,” ucapnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Safety
Beragam tantangan masih harus diatasi. Pertama soal safety. Tak dipungkiri mengendarai mobil terbang bakal berbeda. Diperlukan kemampuan khusus agar dapat bergerak aman. Pabrikan pun perlu membuatnya mudah dikendarai. Sehingga memberikan rasa aman baik bagi pengguna, pejalan kaki dan lingkungan.
Soal desain juga perlu diperhatikan. Penggunaan propeler menjadikannya kendaraan yang cukup berbahaya. Selain itu, kendaraan harus punya kekuatan cukup untuk mengangkut beban tertentu. Tak hanya jadi angkutan orang, tapi barang. Sehingga fungsinya lebih mudah diterima masyarakat. Unit pun harus bisa menghasilkan suara seminim mungkin. Drone dan pesawat berbaling-baling dikenal cukup bising, terutama saat terbang rendah. Ini bakal mengganggu kenyamanan.
Rintangan paling besar adalah efisiensi energi. Bila dibandingkan helikopter konvensional, tentunya mobil terbang menggunakan daya lebih hemat. Namun, apakah bisa sehemat mobil listrik biasa? Mengingat power yang dibutuhkan untuk mengangkat bodi cukup besar, beda dengan menggulirkan roda di jalan.
Advertisement
Harga
Terakhir banderolnya. Fukuzawa sendiri mengungkapkan harganya bisa menyentuh US$ 300 ribu (Rp 4,3 miliaran) sampai US$ 500 ribu (Rp 7,3 miliaran). Tapi nilainya diperkirakan bakal terus turun dan lebih mudah dijangkau pada 2030.
SkyDrive sendiri merupakan badan usaha yang berdiri pada 2018. Berawal dari sebuah proyek diinisiasi pada 2012 oleh Cartivator. Organisasi berisikan para ahli di bidang otomotif dan aviasi. Pembuatan produk pun telah berjalan sejak 2014. Pabrikan turut mendapat suntikan dana dari berbagai perusahaan. Dari sektor otomotif ada Toyota, kemudian teknologi Panasonic hingga video game Bandai Namco. Belum lama Development Bank of Japan juga menggelontorkan investasi mencapai 3,5 miliar Yen atau setara Rp 500 triliun.