Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kondisi kelangkaan microchip serta dampak dari pandemi Covid-19 yang masih terjadi, produsen mobil Cina justru berhasil mencatat peningkatan kinerja ekspor mobil mereka pada periode Agustus 2022.
Berdasarkan data yang dirilis China Association of Automotive Manufacturers (CAAM), pada periode Agustus 2022 mereka berhasil mencatatkan adanya peningkatan besar. Hal ini juga menjadi catatan baru di mana ekspor mobil yang dilakukan berhasil menjadi rekor baru.
Secara data, sebanyak 308.000 kendaraan China ini berhasil diekspor ke beberapa negara tetangga. Pencapaian tersebut meningkat sebesar 65 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan untuk periode bulan ke bulan, torehan ekspor mereka juga meningkat sebesar 6,2 persen.
Advertisement
Jika ditotal secara keseluruhan selama delapan bulan pertama 2022, mereka mencatat 1,817 juta kendaraan yang berhasil diekspor dan meningkat sebesar 52,8 persen.
Melihat keberhasilan tersebut, Cui Dongshu, Sekretaris Jenderal China Passenger Car Association (CPCA), merasa ini adalah wujud ketangguhan yang diperlihatkan oleh produsen mobil China kepada dunia.
"Kinerja luar biasa ini disebabkan oleh industri otomotif Cina yang tetap tangguh untuk terus memproduksi kendaraan dengan andal saat mengalami pandemi global dan tantangan rantai pasokan," jelas Cui Dongshu, seperti dilansir Carnewschina.
Lebih khusus lagi, tidak hanya mobil konvensional yang ekspornya melejit, namun untuk mobil listrik juga memberikan pencapaian yang signifikan pada Agustus 2022 lalu.
Dari periode bulan ke bulan, ekspor mobil listrik mengalami peningkatan sebesar 53,6 persen dan periode tahun ke tahun dalam periode yang sama, meningkat 82,3 persen.
Keberhasilan tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan yang diterapkan oleh setiap negara untuk mempromosikan adaptasi kendaraan listrik yang menjadi peluang emas bagi mobil listrik China.
Gaikindo: Indonesia Siap Produksi Baterai Kendaraan Listrik Pada 2024
Sekretaris Umum Gabungan Industri kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara terus menegaskan industri kendaraan listrik di Indonesia harus memanfaatkan produksi dalam negeri. Jangan sampai, dengan akselarasi percepatan mobil ramah lingkungan yang dilakukan pemerintah, justru mengedepankan buatan luar negeri alias impor.
Saat ini, pemerintah memang tengah gencar membangun industri kendaraan listrik, baik untuk modelnya maupun infrastruktur pendukungnya, seperti baterai.
Kemudian, beberapa waktu lalu telah terbit juga Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022, tentang penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk kendaraan dinas operasional dan kendaraan perorangan dinas instansi pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.
"Kita ingin menekankan, kendaraan listrik juga harus menggunakan komponen dari Indonesia, ini yang perlu waktu agak lama prosesnya," jelas Kukuh Kumara, saat diskusi virtual, yang diadakan Forum Wartawan otomotif (Forwot), belum lama ini.
Lanjut Kukuh, untuk membangun industri kendaraan listrik dan juga ekosistemnya di Indonesia memang sangat memungkinkan. Pasalnya, sumber daya terkait material pembuatan baterai juga ada di Tanah Air.
"Kami harapkan, nikel dan yang lainnya bisa diolah, dan dijadikan baterai pada 2024 akan siap diproduksi dan digunakan untuk kendaraan buatan Indonesia," tegas Kukuh.
Kukuh sendiri belum menjabarkan terkait perusahaan mana yang memang akan memproduksi baterai mobil listrik di Indonesia.
Namun, berdasarkan informasi yang selama ini beredar, LG Energy Solution bersama Hyundai Motor Group memang sedang membangun pabrik sel baterai, yang berada di Karawang, Jawa Barat.
Advertisement