Pabrikan AS Diminta Keluar dari China agar Pasar Elektrifikasi Lebih Kompetitif

Persaingan ketat antar produsen global maupun lokal Tiongkok, produsen mobil lama Amerika Serikat (AS) seperti Ford dan General Motors (GM) disarankan untuk meninggalkan pasar China

oleh Arief Aszhari diperbarui 07 Jul 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2024, 18:00 WIB
Ford Manfaatkan Supercharger Tesla Atasi Kekhawatiran Isi Baterai EV (Carscoops)
Ford Manfaatkan Supercharger Tesla Atasi Kekhawatiran Isi Baterai EV (Carscoops)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar mobil China memang jadi yang terbesar di dunia. Menurut data Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA), sepanjang 2023, sebanyak 21 juta unit lebih mobil baru terjual di Negeri Tirai Bambu ini.

Namun, dengan kondisi persaingan yang ketat antar produsen global dan lokal Tiongkok, produsen mobil lama Amerika Serikat (AS) seperti Ford dan General Motors (GM) disarankan untuk meninggalkan pasar China. Hal tersebut, untuk menjaga modal di tengah transisi kendaraan listrik yang semakin tinggi.

"Saya pikir Anda harus melihat (Detroit Three: Ford, General Motors, dan Chrysler) keluar dari China sesegera mungkin," ujar Analis Bank of America Securities, John Murphy, dalam presentasi tahunannya tentang Cars Wars, dikutip dari Reuters, ditulis Minggu (7/7/2024).

Saran dari analis terkemuka di Negeri Paman Sam ini mencuat di tengah diskusi terkait usaha efisiensi biaya yang harus dilakukan oleh Ford dan GM.

Menurut John, dua jenama AS ini memang perlu mengambil langkah yang lebih drastis untuk memotong anggaran agar bisa lebih kompetitif di era elektrifikasi.

"Loyalitas konsumen di dalam negeri terhadap produk atau merek lokal begitu kuat. China tidak ramah untuk produsen luar," kata Murphy.

 

Penjualan Ford dan GM Terus Turun

Pabrik Ford di Michigan
Dearborn adalah rumah bagi Henry Ford Museum of American Innovation dan sejarah pembuatan mobilnya secara intrinsik terkait dengan Arab Amerika. (Credit: Alamy/BBC)

Terbukti, pasar China memang tidak ramah bagi banyak produsen mobil asing, terutama dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan Ford dan GM juga telah merosot dalam satu dekade terakhir.

Bahkan, China sendiri awalnya merupakan pasar terbesar GM, namun produsen mobil tersebut kini harus berjuang untuk membukukan laba di pasar Tiongkok.

Sementara, Ford yang menyadari persaingan ketat dari para pesaing lokal, seperti BYD dan Geely, mengubah bisnisnya di China menjadi pusat ekspor.

Upaya Ford Saingan dengan Pabrikan Tiongkok, Mau Rilis EV Rp 400 Jutaan

BYD Mulai Produksi Massal Mobil Listriknya di Pabrik Uzbekistan (Carnewschina)
BYD Mulai Produksi Massal Mobil Listriknya di Pabrik Uzbekistan (Carnewschina)

Sementara itu agar tetap bisa bersaing dengan pabrikan Tiongkok dalam pasar kendaraan listrik, CEO Ford, Jim Farley, mengklaim perusahaannya akan meluncurkan mobil listrik seharga 30 ribu dolar AS atau setara Rp 400 jutaan pada awal 2027.

Jenama Negeri Paman Sam itu yakin akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar jika menghadirkan roda empat bertenaga baterai dengan harga terjangkau.

Dikutip dari Carscoops, saat berbicara di Aspen Ideas Festival, Farley mengatakan, mobil listrik rahasia ini akan siap dalam kurun waktu kira-kira 2,5 tahun.

Meski tak mengungkap informasi apapun tentang mobil listrik murahnya itu, ia mengkonfirmasi bahwa model ini dirancang untuk bersaing dengan kendaraan listrik China, seperti BYD dan juga model baru dari Tesla.

 

Prioritaskan Kendaraan Listrik Kecil

Ford Motor Co.
Logo Ford Motor

Farley juga mengatakan, Amerika Serikat harus menghentikan kebiasaan menggunakan mobil besar untuk membantu transisi negara menuju masa depan yang lebih bersih dan elektrifikasi.

"Kita harus mulai kembali mencintai kendaraan kecil. Ini sangat penting bagi masyarakat kita dan untuk adopsi kendaraan listrik," kata Farley kepada pewawancara CNBC.

"Kami sangat menyukai kendaraan monster, dan saya juga menyukainya, tapi ini masalah beratnya," ia menegaskan.

Selain itu, Farley juga menegaskan, Ford memprioritaskan pembuatan kendaraan listrik kecil, karena tidak masuk akal secara finansial untuk melistriki kendaraan listrik besar.

"Anda harus melakukan perubahan radikal untuk mendapatkan EV yang menguntungkan. Hal pertama yang harus kami lakukan adalah mengerahkan seluruh modal kami untuk kendaraan listrik yang lebih kecil dan lebih terjangkau," tukas Farley.

 

infografis Mobil Kepresidenan
Mobil Kepresidenan di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya