Pengamat: Perang Terbuka Menuju Pilpres 2019 Sudah Dimulai

Pengamat Politik dari IPR Ujang Komarudin berpendapat saling serang di kalangan elite partai akan berlanjut hingga Pilpres 2019.

oleh Rezki Apriliya Iskandar diperbarui 06 Agu 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2017, 19:00 WIB
20160212--Nasdem-di-Pilgub-2017-Jakarta-IA
Victor Laiskodat (tengah) memberikan keterangan saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (12/2). Partai NasDem resmi mendeklarasikan dukungan kepada Basuki T Purnama sebagai calon gubernur di Pilgub 2017. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, aksi saling serang sejumlah elite partai politik (parpol) mengindikasikan dimulainya 'perang terbuka' jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

"Perang terbuka itu sudah dimulai. Parpol sudah mulai memetakan dirinya masing-masing. Siapa lawan siapa dan siapa mendukung siapa," ujar Ujang dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (6/8/2017).

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini juga memprediksi, situasi panas saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta akan kembali terulang pada Pilpres 2019. Dia pun memprediksi, itu akan jadi gejala nasional.

"Hal itu sudah dimulai oleh parpol itu sendiri yang seharusnya menunjukkan politik yang santun dan politik yang membangun kepada masyarakat," kata Ujang.

Terkait isu yang akan diangkat demi menyerang lawan politik, Ujang mengatakan, sudah mulai dihembuskan saat ini. Isu-isu tersebut tidak jauh dari isu Partai Komunis Indonesia (PKI), anti-Pancasila, dan isu intoleran.

Beberapa waktu Ketua Umum Bidang Buruh Partai Gerindra Arief Poyuono yang menyebut PDI Perjuangan sama dengan PKI. Itu karena, PDIP menunjukkan sikap antikritik terkait Undang-undang Pemilu.

Selang beberapa hari, muncul pernyataan kontroversial dari Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) di DPR RI Victor Laiskodat. Dia mengatakan, bahwa Partai Gerindra, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai partai yang intoleran dan pendukung khilafah.

Pernyataan Laiskodat direspons empat partai tersebut dengan melaporkan politisi Nasdem itu ke polisi. Dia dianggap melakukan pencemaran nama baik dan aksi provokasi.

Menurut Ujang, pernyataan-pernyataan yang keluar dari elite politik tersebut secara politik menegaskan dan memetakan lawan politik pada Pilpres 2019 mendatang.

"Kita bisa lihat dan kita bisa menilai sendiri, siapa melawan siapa dan siapa mendukung siapa," ucap Ujang.

Namun, ia berharap, nantinya tetap terwujud perilaku politik yang santun dan kompetisi yang sportif. Terutama menjelang Pilpres 2019 mendatang.

"Parpol dan elite politik harus menunjukkan kepada masyarakat contoh tauladan yang baik-baik. Jangan malah bikin gaduh," Ujang memungkas.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya