Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhyono (SBY) dipandang sebuah sinyal untuk saling merapat dalam Pilpres 2019 mendatang. Pasalnya sebagaimana UU Pemilu yang baru, untuk menyokong calon presiden di Pilpres harus memenuhi syarat 20 sampai 25% suara.
"Selain pertemuan mantan Presiden, tapi juga pertemuan dua Ketua Umum Partai cukup penting. Kalau 20% akan terjadi koalisi awal. Partai ini terpaksa berkoalisi. Boleh jadi Ibu Mega dengan Pak SBY terpaksa berkoalisi," kata politisi PKS Fahri Hamzah di Jakarta, Jumat 18 Agustus 2017.
Dia menenggarai keduanya akan kembali bertemu. Sebab Wakil ketua DPR itu mengklaim bahwa MK bisa saja tetap memutuskan 20%, sebagai ambang batas dalam menyokong calon presiden di Pilpres 2019.
Advertisement
"Apa pun mereka mulai harus ketemu. Apalagi saya mendengar mantan ketua MK mengatakan open legal policy, itu kayaknya nada-nadanya bisa 20 persen," jelas Fahri.
Dia juga menyebut bisa jadi ini juga sinyal bahwa Partai Demokrat akan merapat kepada koalisi pemerintahan. Bahkan bukan tidak mungkin mendapatkan jatah kursi menteri.
"Bisa jadi, dan itu tergantung pertemuan antara Ibu Megawati dan Pak SBY selanjutnya. Jadi saya kira untuk menjajaki silakan. Apalagi kalau sudah putusan MK, akan seru lagi pertemuan itu," ujar Fahri.
Saksikan tayang video menarik berikut ini: