SBY: Tantangan Pemilu 2019 Lebih Berat

Ketum Demokrat SBY menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang membuat Pemilu 2019 jauh lebih berat.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 10 Nov 2018, 11:49 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2018, 11:49 WIB
Jumpa Pers SBY dan Prabowo Subianto
Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberi keterangan pers seusai pertemuan di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7). Pertemuan ini tindak lanjut dari komunikasi politik Demokrat dan Gerindra jelang Pilpres 2019. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membandingkan antara Pemilu 2014 dengan Pemilu 2019. Menurut dia, persaingan di Pemilu 2019 sangat berat.

Hal itu disampaikannya saat pidato di pembekalan Calon Legislatif DPR RI dan Konsolidasi Partai Demokrat se-Indonesia yang berlangsung di Hotel Sultan, Sabtu (10/11/2018).

"Tantangan yang kita hadapi dalam Pemilu 2019 mendatang jauh lebih berat. Saya ulangi jauh lebih berat. Saya bukan tipe pemimpin yang suka memberikan angin surga. I have to tell the truth," ucap dia.

SBY menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang membuat Pemilu 2019 mendatang jauh lebih berat.

Pertama, SBY menguraikan pemilu 2019 ini dilaksanakan secara serentak yakni pilpres bersamaan dengan pileg. Imbasnya, partai politik yang punya capres sangat diuntungkan. Contohnya, PDIP dan Partai Gerindra.

"PDI P dengan Pak Jokowi sebagai capres kader partai itu dan Partai Gerindra dengan Prabowo sebagai capres kader Partai Gerindra. Suara kedua partai politik itu meningkat tajam. Sebaliknya partai politik yang tidak punya capres dan cawapres suaranya menurun. Anjlok. Itu realitas," papar dia.

Kedua, lanjut SBY, pemilu kali ini akan menggunakan teknik Sainte Lague untuk menghitung suara.

"Sistem penghitungan suara yang baru, Sainte Lague, kembali kemungkina peroleha perolehan PDIP bersama Pak Jokowi dan Partai Gerindra bersama Pak Prabowo juga makin diuntungkan. Itu juga tecermin dari survei saat ini. Itu juga realitas," ujar dia.

Ketiga, terkait diterapkannya ambang batas presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen yang mengacu hasil suara pemilu lima tahun yang lalu.

"Partai Demokrat tetap berpendapat bahwa UU itu keliru karena seharusnya kalau pemilunya serentak presidential threshold harus 0 persen sehingga dengan presidential threshold 20 persen itu menggunakan suara 5 tahun lalu kemungkinan partai-partai yang lebih kecil untuk memajukan kadernya menjadi capres dan cawapres juga tertutup," tutur SBY.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Ajak Temukan Jalan Keluar

Pertemuan SBY dan Zulkifli Hassan
Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima kedatangan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hassan di kediamannya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (25/7). (Liputan6.com/Johan Tallo)

SBY mengatakan, itulah fakta yang harus dihadapi para kader. Namun Partai Demokrat tidak boleh melawan realitas. Dia mengajak untuk menemukan jalan agar tetap sukses dalam pemilu mendatang.

"Don't fight the problem, let's solving. Mari kita carikan jalan keluarnya. Saya harus mengatakan kita Partai Demokrat punya peluang untuk sukses," tukas dia.

Pembekalan Calon Legislatif dihadir Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Kogasma Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua KPP Edhie Baskoro Yudhoyono, Ketua DPD PD se Indonesia dan Calon Legislatif DPR RI se Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya