Liputan6.com, Jakarta Meski sama-sama berada dalam wilayah administrasi DKI Jakarta, tetap saja area barat dan selatan punya potensi berbeda dalam hal sektor properti.
Principal Boss Property, Irwan Young, kepada Rumah.com pernah mengungkap, Jakarta Barat cukup unggul dari sisi supply, sehingga mampu memenuhi demand (permintaan) masyarakat yang terus meningkat.
Baca Juga
“Konsumen yang menyasar hunian baik rumah tapak dan apartemen di Jakarta Barat itu tidak lagi terpatok dengan lokasi yang dekat jalan raya. Yang di dalam kawasan pemukiman atau gang pun, mereka masih mau beli,” jelasnya.
Advertisement
Simak juga: Saat yang Tepat Mengincar Rumah Tapak di Jakarta Barat
Mengenai profil pembeli, menurutnya mayoritas berasal dari kategori end user. Artinya, rumah dibeli murni untuk ditempati. “Pasar paling besar sekitar 70-80% mengincar hunian Rp1 sampai Rp2 miliar. Sementara rumah Rp3 miliaran lebih disukai oleh konsumen high-end,” imbuh Irwan.
Saat ditanya perihal faktor yang memengaruhi minat masyarakat terhadap hunian tapak di Jakarta Barat, Ia mengaku fasilitas publik dan infrastruktur yang memadai masih menjadi pertimbangan terbesar.
“Bisa dilihat sendiri bagaimana wajah Jakarta Barat kini sudah semakin cantik. Mal ternama, universitas unggulan, kawasan bisnis dan perkantoran, hingga rumah sakit terpadu semuanya ada di sini. Apalagi semenjak kehadiran Tol JORR W2. Wah, masyarakat langsung punya akses mudah ke kawasan selatan,” ungkapnya.
Selatan Masih Lokasi Favorit
Relatif, kondisi pasar residensial di Jakarta Selatan tidak berbeda jauh dengan tetangganya, barat. Permintaan akan tempat tinggal cukup tinggi, di samping suplai yang memadai. Apalagi faktor lingkungan menjadi salah satu pendukung banyak orang menyukai area selatan.
Ada beberapa lokasi premium yang berada di kawasan Jakarta Selatan, diantaranya Kemang, Gatot Subroto, Pondok Indah, dan Kebayoran Baru. Rumah baru di Kemang saat ini dihargai kisaran Rp8 miliar, sementara apartemen mulai Rp1,3 miliar.
Untuk Kebayoran Baru, harga tanah dipasarkan cukup tinggi seperti di Kelurahan Gunung yang mencapai Rp39 juta – Rp54 jutaan per meter perseginya. Tak heran apartemen premium The Padmayana yang berlokasi di area tersebut, dilepas mulai Rp3 miliar untuk tipe satu kamar tidur.
“Kami sediakan empat tipe, yakni tipe 1 bedroom, 2 bedroom, 3 bedroom, dan Penthouse. Khusus Penthouse, stoknya hanya ada dua unit, dengan kelengkapan fasilitas eksklusif seperti kolam renang dan taman. Untuk menjaga prestige, The Padmayana hanya menghadirkan 145 unit jadi terasa sangat privat,” urai Wahyuni Sutantri, Direktur Pemasaran APP kepada Rumah.com.
(Jangan dulu beli rumah dan apartemen sebelum menyimak Review Properti)
Membidik captive market kelas eksekutif dan sosialita perempuan, pemasaran proyek high end ini dilakukan melalui pendekatan personal. “Jadi lewat pertemanan dan komunitas. Selera kelas ini sendiri dalam menilai suatu proyek yang pertama adalah lokasi dan kedua kualitas,” tambahnya.
The Padmayana saat ini telah terjual 30%, dengan kategori pembeli merupakan komposisi seimbang dari konsumen end user dan investor. Alasan mereka tertarik dengan apartemen mewah ini, menurut Tantri tak lain adalah karena lokasinya yang membanggakan.
“Ada pride yang pasti dirasakan lantaran bisa punya hunian di area elit seperti Kebayoran Baru,” tukasnya.
Memiliki investasi properti di luar negeri memang menggiurkan sekaligus membanggakan. Tapi jangan salah, Indonesia dengan 35 provinsinya juga tak kalah potensial dibandingkan negara tetangga.
Mau memulai bisnis properti di tanah air? Cek daftar propertinya mulai harga Rp1 miliar di sini.
Advertisement